Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom Kontemplasi

Akar Pertama Kebencian Kita

:: Yusdi Usman
19 Januari 2022
dalam Kontemplasi
Akar Pertama Kebencian Kita
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

“If people can learn to hate, they can be taught to love”—Nelson Mandela.

ENTAH mengapa kebencian itu hadir. Dan entah mengapa ia begitu mudah lahir, memasuki relung-relung jiwa yang kosong.

Ia mengalir begitu saja bagai air mencari tempatnya. Lalu mengendap dalam jiwa-jiwa individu, kelompok sosial dan sosietal. Semakin lama, endapan kebencian itu semakin tebal dan berpotensi merusak jiwa-jiwa yang kosong.

Padahal yang dibenci itu adalah manusia, bukan hewan, bukan juga tumbuhan. Kebencian mematikan rasionalitas dan menutupi kebenaran yang datang dari luar.

Kebencian tidak sama dengan sikap kritis, karena sikap kritis bersumber pada pemikiran kritis (critical thinking) yang berbasis pada rasionalitas dan ilmu pengetahuan.

BACAJUGA

politik kadal gurun

Kisah Kecebong, Kampret dan Kadal Gurun

6 Mei 2022
manusia politik

A-Politik

10 April 2022

Kebencian sesama manusia bukanlah fenomena baru. Ia sudah ada sejak komunitas manusia pertama datang ke muka bumi, lalu berkembang dan melekat dalam berbagai peradaban manusia.

Jatuh bangun peradaban-peradaban besar manusia tak bisa dilepaskan dari kebencian yang lahir dari dalam diri individu, dalam kelompok sosial, dan dalam masyarakat. Sebagai fenomena yang melekat dalam sejarah, kebencian melahirkan berbagai konflik, perebutan sumber daya, perang, dan pertumpahan darah.

Kebencian itu bisa tumbuh dan mengakar dalam ideologi politik, dalam tafsir religiusitas, dan dalam praktik kultural etnosentrisme. Kebencian juga bisa muncul dari tatanan sosial yang timpang dan tidak adil, serta penguasaan sumber daya yang melahirkan dominasi, eksploitasi, dan marjinalisasi dalam masyarakat.

Jika demikian kondisinya, maka kebencian itu perlu dicari akar tumbuh kembangnya dalam individu, dalam kelompok-kelompok sosial, dan di tingkat sosietal.

Jika akar kebencian itu sudah diperoleh, maka upaya untuk menghambat pertumbuhannya dan membasmi secara mendasar, akan bisa dilakukan dengan lebih baik.

Jika akar kebencian itu adalah perbedaan ideologi politik, maka aktor-aktor politik powerful dalam arena politik perlu membangun konsensus bersama tentang bagaimana kekuasaan itu dikelola secara benar, tanpa saling menyakiti antar kekuatan politik yang berbeda, dalam koridor demokrasi liberal yang kita jalankan.

Jika akar kebencian itu bersumber dari tafsir religiusitas, apapun agamanya, maka dibutuhkan upaya untuk memperkuat tafsir religiusitas yang benar, yang mengarah pada visi kemanusiaan, pada pola relasional inklusif, yang memandang manusia itu sama dari sisi kemanusiaan.

Jika akar kebencian itu lahir dari praktik kultural etnosentrisme, maka dibutuhkan konsensus bersama untuk membangun dan memperkuat praktik kultural inklusif dalam masyarakat kita yang majemuk. Perlu ada upaya untuk mengikis stigma dan prasangka yang berkembang dalam masyarakat.

Di sisi lain, jika kebencian itu hadir karena tatanan sosial yang timpang dan tidak adil, serta dipenuhi oleh dominasi, eksploitasi dan marjinalisasi, maka yang perlu dilakukan adalah memperbaiki tatanan sosial tersebut sesuai dengan konsensus bersama untuk melahirkan masyarakat inklusif.

Tentu tidak mudah menghentikan aliran kebencian yang sedang mengalir deras. Juga tidak mudah mengeruk endapan kebencian yang sudah lama menumpuk, apalagi dalam masyarakat yang terbelah karena perbedaan ideologi politik dan tafsir religiusitas ekstrem.

Namun demikian, seperti kata Nelson Mandela, jika orang atau kelompok sosial dapat belajar untuk membenci, maka sesungguhnya mereka juga dapat diajarkan untuk saling mencintai. Mungkinkah? [dmr]

Editor: Ananta Damarjati
Topik: Moderasi SosialPolitikUjaran KebencianYusdi Usman
Yusdi Usman

Yusdi Usman

Doktor Universitas Indonesia | Direktur IPSOS | CEO Rumah Indonesia Berkelanjutan

POS LAINNYA

berharaplah kepada allah
Kontemplasi

Berharaplah Kepada Allah, Hati Jadi Tenang

20 Mei 2022
polusi rohani
Kontemplasi

Polusi Rohani

8 Mei 2022
baju baru cucu rasulullah
Kontemplasi

Baju Baru Cucu Rasulullah, Kisah Pilu Sambut Hari Raya

1 Mei 2022
dunia hanya sementara
Kontemplasi

Ingatlah, Dunia Hanya Sementara dan Senda Gurau Belaka

23 April 2022
perbaiki sholatmu
Kontemplasi

Hidup Susah, Perbaiki Sholatmu Maka Allah Perbaiki Hidupmu

22 April 2022
sifat binatang pada manusia
Kontemplasi

Sifat Binatang Pada Manusia

17 April 2022
Lainnya
Selanjutnya
Tidak Perlu Glorifikasi Rekor PNBP APBN 2021

Tidak Perlu Glorifikasi Rekor PNBP APBN 2021

Mengembangkan Rasa Ingin Tahu Anak [Bagian Dua]

Mengembangkan Rasa Ingin Tahu Anak [Bagian Dua]

TRANSLATE

TERBARU

Kolaborasi dan Ekosistem, Penopang Model Bisnis Bank Digital

Kolaborasi dan Ekosistem, Penopang Model Bisnis Bank Digital

20 Mei 2022
ekspor beras DKI Jakarta

Peristiwa Bersejarah, DKI Jakarta Ekspor Perdana Beras ke Arab Saudi

20 Mei 2022
Kesusastraan jawa

Kesusastraan Jawa, Tinjauan Umum dan Jenisnya

20 Mei 2022
Polusi Membunuh 9 Juta Orang di Dunia Tiap Tahunnya

Polusi Membunuh 9 Juta Orang di Dunia Tiap Tahunnya

20 Mei 2022
Surplus/Defisit (Rp Triliun), 2000-2022

Surplus/Defisit (Rp Triliun), 2000-2022

20 Mei 2022
berharaplah kepada allah

Berharaplah Kepada Allah, Hati Jadi Tenang

20 Mei 2022
Fakta-fakta Seputar Minyak Goreng Curah yang Batal Dilarang Penjualannya

Ekspor Kembali Diizinkan Meski Harga Minyak Goreng Masih Tinggi, Bukti Ketidakbecusan Menteri Jokowi

20 Mei 2022

SOROTAN

Kasus Ruhut Sitompul
Opini

Kasus Ruhut, Waktu yang Tepat Rekonsiliasi

:: Yayat R Cipasang
16 Mei 2022

Kasus Ruhut Sitompul

Selengkapnya
Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Mewabah Gegara Tergiur Impor Ternak Murah

Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Mewabah Gegara Tergiur Impor Ternak Murah

11 Mei 2022
Ganjar Little Jokowi

Ganjar Little Jokowi, Untung atau Buntung?

8 Mei 2022
politik kadal gurun

Kisah Kecebong, Kampret dan Kadal Gurun

6 Mei 2022
Benarkah Bule Itu Pasti Kaya? Tidak!

Benarkah Bule Itu Pasti Kaya? Tidak!

5 Mei 2022
Kesalehan Sosial dan Islamophobia

Jilbab, Kesalehan Sosial dan Islamophobia

1 Mei 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang