BARISAN.CO – Ole Gunnar Solskjaer adalah Pelatih yang bagus, tapi tidak untuk Manchester United sekarang. Rentetan hasil buruk yang diterima timnya yang akhirnya membuat dirinya harus hengkang.
Gelombang aspirasi agar Ole dilengserkan dari kursi kepelatihan MU justru datang dari pendukung MU sendiri. Maklum, bagi fans klub manapun, kekalahan adalah hal yang menyakitkan. Apalagi, kekalahan itu dialami secara beruntun.
Mau tak mau, kini MU tersisih di peringkat 7. Padahal, dihuni banyak pemain bintang, sekelas Cristiano Ronaldo, MU tak juga mampu mentas bersaing berebut posisi 4 besar.
Malahan, hingga pekan kedua belas Premier League, gawang MU sudah dibobol 21 gol, sementara gol yang mereka ceploskan ke gawang lawan hanya 20 gol.
Jatuhnya Mental Para Pemain
MU di musim ini bukanlah MU yang menakutkan seperti sebelum-sebelumnya. Pasalnya, dengan kualitas skuat yang ada, mereka malah tampak kewalahan menghadapi lawan yang level permainannya di bawah mereka.
Sialnya, mereka justru ditundukkan oleh tim-tim sekelas Southampton, Aston Villa, dan Everton. Bahkan, terakhir mereka baru dibabat 4 gol oleh Watford. Di ajang yang lain, MU juga harus mengakui keunggulan West Ham di Carabao Cup. Dan, tak kalah menyakitkan, mereka juga takluk dari Young Boys di ajang Liga Champions.
Roy Keane, legenda Setan Merah pun menganggap bahwa mantan klubnya itu seakan sudah pudar kharismanya. Menurutnya, MU sudah bukan “Setan Merah” lagi yang ditakuti lawan-lawannya. Nahasnya, Old Trafford-markas MU kini tak seangker dulu.
Dalam hal ini, kesalahan tak sepenuhnya berada di pundak para pemain. Tapi juga, Ole sebagai manajer mestinya mestinya mampu mendongkrak mentalitas para pemainnya. Perlu dicatat, Ole bukanlah orang baru di MU, dia adalah legenda.
Taktik yang Tak Berjalan
Sebagai caretaker, Ole tidak datang dengan isi kepala yang kosong. Dikutip dari The Athletic, Oliver Kay membeberkan bahwa Ole telah menyiapkan betul apa yang akan dia lakukan untuk mengembalikan MU ke identitas, nilai, dan kulturnya. Bahkan, rencana itu mendetail hingga menyoal strategi transfer sampai pemilihan pemain akademi yang akan disiapkan ke tim senior, seperti Mason Greenwood dan Angel Gomes.
Karenanya, dalam beberapa kesempatan, Ole cukup luwes mengotak-atik formulasi taktiknya. Seperti saat mengenakan formasi 3-4-3 untuk menyiasati Markus Rashford dan Paul Pogba yang dibekap cedera di musim lalu. Hasilnya pun sesuai harapan, MU tak terkalahkan di 14 laga Premier League 2019/2020.
Dalam kesempatan lain, Ole tak segan mengganti formasinya ke 4-2-3-1 misalnya, atau ke 4-4-2. Kedua formasi itu terbukti ampuh untuk memaksimalkan dua pemain tengahnya, Bruno Fernandes dan Paul Pogba. Dengan otak-atik formasi itu juga, Ole berhasil memaksimalkan Aaron Wan-Bissaka dan Luke Shaw sebagai fullback-nya. Keduanya tak hanya andal dalam bertahan lewat tekel yang bersih dan intersep, tapi juga apik saat menyerang.
Sayangnya, menjalankan strategi dan taktik tak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam hal ini, Ole kerap gagal, khususnya di musim ini. Gol-gol yang bersarang di gawang MU bukanlah karena kualitas pemain yang bobrok, melainkan dikarenakan kesalahan manajemen permainan MU sendiri. Sehingga, tak jarang pemain belakang mereka melakukan blunder.
Pemain Bintang
Sebenarnya, Ole cukup beruntung memiliki beberapa bintang yang setidaknya membuat MU tak kalah banyak. Di lini depan, kedatangan Cristiano Ronaldo cukup membuatnya tertolong untuk produktivitas gol. Di belakang, kendati pertahanan MU amburadul, tapi De Gea untungnya menjaga gawang MU tak bobol banyak.
Namun, permainan yang mengandalkan kemampuan individu pemain takkan bertahan lama. Dan, Ole malah gagal mengembangkan permainan dari para bintangnya. Tampak sekali, ia kadang malah kebingungan memilih formulasi pemain pengisi formasinya.