Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi, Farouk Alwyni: Cabut Restriksi Berbasiskan Vaksin

Redaksi
×

Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi, Farouk Alwyni: Cabut Restriksi Berbasiskan Vaksin

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COPertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,7% di tahun 2021 berdasarkan data dari IMF World Economic Outlook 2022 menurut Ketua Departemen Ekonomi & Pembangunan DPP PKS, Farouk Abdullah Alwyni (FAA), termasuk relatif rendah dibanding banyak negara di dunia.

“Kita bahkan kalah dari rata-rata pertumbuhan advanced economies yang mencapai 5,2%, teorinya kita sebagai negara berkembang harusnya bisa tumbuh lebih cepat dari mereka,” ujar mantan Direktur Bank Muamalat ini dalam keterangan tertulisnya kepada barisanco, Kamis (2/6/2022) . 

Farouk menambahkan bahwa pertumbuhan kita lebih tertinggal lagi jika dibandingkan dengan rata-rata negara yang tergabung dalam Emerging and Developing Asia yang mencapai 7,3%.

“Saya melihat penerapan kebijakan sertifikat vaksin dalam penanganan pandemik Covid-19 yang terlalu lama dan menghambat potensi ekonomi sebagian anggota masyarakat turut berkontribusi terhadap pertumbuhan yang cenderung stagnan,” jelas mantan senior professional Islamic Development Bank Jeddah ini.  

Farouk menyarankan agar pemerintah lebih update dengan studi-studi internasional terkait daya lindung imunitas natural terhadap Covid-19.

“Bahkan studi yang dilakukan Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat yang menganalisa kasus-kasus Covid-19 di California dan New York antara 30 May dan 20 November 2021 juga menkonfirmasi kehebatan daya lindung dari natural imunitas ini dibandingkan dua dosis vaksin, bahkan untuk varian delta yang jelas lebih lethal dari Omicron,” terangnya.

Pemerintah, menurut  Farouk, seharusnya bisa lebih menerapkan kebijakan berbasis studi terkait penanganan Covid-19 ini, hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia padahal telah menunjukkan bahwa lebih dari 99% penduduk Indonesia telah memiliki antibodi Covid-19 yang didapatkan dari infeksi alamiah, vaksinasi, maupun keduanya.

“Hal ini menunjukkan bahwa proses imunitas natural sebenarnya sudah berjalan mengingat jumlah penduduk yang telah memiliki antibody Covid-19 cukup jauh melebihi tingkat vaksinasi, disisi lain kasus Covid-19 berat dewasa ini hampir bisa dibilang sudah sangat minim sekali,” ujar alumnus MBA Universitas Birmingham ini.

Sejak munculnya varian delta, dan terlebih lagi omicron, Farouk beranggapan harusnya pemerintah memahami bahwa vaksin adalah lebih sekedar untuk perlindungan pribadi, dan tidak bisa mencegah transmisi virus Covid-19. Sehubungan dengan ini Farouk melihat bahwa penggunaan kebijakan sertifikat vaksin melalui aplikasi pedulilindungi sudah tidak relevan lagi.

Farouk menjelaskan bahwa secara internasional banyak negara maju dewasa ini yang sudah mencabut berbagai aturan restriktif berbasiskan vaksinasi, termasuk juga negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura.

“Bahkan banyak negara juga sudah mulai membuka diri kepada wisatawan asing tanpa persyaratan vaksin, negara-negara ini diantaranya Belgia, Cyprus, Italia, Irlandia, Islandia, Israel, Kroasia, Luksemburg, Meksiko, Norwegia, Portugal, Swedia, Turki, Uni Emirat Arab, Yunani, dan masih banyak lagi”, urai peraih gelar MA bidang Ekonomi dari New York University ini.

Penyebaran virus omicron dengan berbagai variannya memang lebih cepat, tetapi dampaknya lebih ringan. Hasilnya, kasus hospitalisasi mulai menurun drastis di banyak negara. Tidak hanya itu, Varian omicron ini juga pada dasarnya bisa menjadi vaksin booster natural, Perdana Menteri Islandia bahkan menyatakan secara terbuka bahwa vaksin sudah tidak cukup lagi dalam menghadapi varian omicron, maka imunitas natural dibutuhkan.