Scroll untuk baca artikel
Blog

Aku Ibu Petani – Cerpen Eko Tunas

Redaksi
×

Aku Ibu Petani – Cerpen Eko Tunas

Sebarkan artikel ini

Juga anak-anakku, tumbuh sebagaimana yang mereka cita citakan. Ibu biasa mana yang tidak bangga melihat anaknya dalam seragam dinas. Menyusul Elo, adiknya, dalam kedinasan sama.

Pangkat demi jenjang mereka sematkan pada seragam mereka. Ayahnya tak kurang bangga pula. Seorang petani kecil melihat anak-anaknya dalam seragam dinas dan pangkat berbunga. “Benar ibumu,” ujar suamiku,” kalian juga petani yang bekerja menanam kebaikan bagi masyarakat.”

Mereka sudah berusia nikah, dan kami pun mendambakan punya cucu-cucu yang manis dan lucu. Iko sudah punya tunangan, Elo masih senyum-senyum saja kalau ditanya ayahnya: kamu belum punya pacar?

Hingga malam gulita membadai di dalam jiwa itu menerpa. Iko tewas oleh pembunuhan disertai penyiksaan. Penyelidikan dan penyidikan telah melewati bulan demi bulan, tapi tak kunjung selesai.

Kami hanya orang tua biasa, bagaimana daya kami menghadapi kasus kematian anak kami. Betapa dalang pembunuhan anak kami adalah bos, adalah pimpinan anak kami sendiri.

* * *

O, KAMI sudah menanamkan kepada anak-anak kami. Bahwa, pemimpin adalah mereka yang menomer duakan dirinya dan menomer satukan rakyat petani. Tapi pimpinan ini justru sebaliknya: menomer satukan dirinya dan menomer duakan petani.

Mereka, para pemimpin itu tidak berjiwa petani. Mereka tidak pernah menanam, tapi maunya memetik, bahkan memanen yang kami tanam, lalu membunuhnya.

Lebih keji lagi, demi rekayasa hukum, muncul tuduhan: anakku dibunuh dengan alasan telah memperkosa isterinya. Padahal, isterinya seusiaku.

Ya, Tuhan, sakit hati macam mana ini…

Hukum sebagai panglima, katanya, tapi mereka memainkan hukum demi rekayasa tindak korupsi.

Aku memohon kepadamu, ya Tuhan, hanya Engkau sang maha adil. Tunjukkanlah keadilanMu, demi anakku yang telah ada dalam pelukanMu.***