Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Al-Ya’qubi, Penulis Ilmu Geografi

Redaksi
×

Al-Ya’qubi, Penulis Ilmu Geografi

Sebarkan artikel ini

Ya’qubi juga menyematkan nama pada setiap tempat, nama aslinya, termasuk anekdot, dan fakta-fakta penting lainnya yang terkait tempat yang ia jelaskan itu. Ia memberikan catatan pula, para penulis sebelumnya tak memiliki perhatian memadai soal ejaan sebuah tempat. Tak hanya itu, Ya’qubi juga menilai mereka menyebutkan lokasi yang tepat tentang sejumlah tempat. Ini membuat banyak ilmuwan salah mendapatkan informasi dari catatan-catatan yang dihasilkan oleh sejumlah ilmuwan terdahulu.

Al Qur’an sebagai referensi

Ya’qubi juga menegaskan, karya ensiklopedianya itu tak hanya bermanfaat bagi Muslim dalam bepergian. Apa yang ia tulis juga terinsipirasi ajaran Alquran. Ia yakin bahwa karyanya bukan hanya berguna bagi para wisatawan, tapi juga untuk para hakim, teolog, sejarawan, dan dokter.

Dalam karya lainnya, yang dalam bahasa Inggris berjudul Dictionary of Men of Letters, Ya’qubi menuliskan pandangannya. Ia membedakan antara orang terpelajar dengan ilmuwan. Ia mengatakan, orang terpelajar memilih dari segala bahan kemudian menyusunnya. Sedangkan ilmuwan, ungkap Ya’qubi, adalah seseorang yang memilih cabang ilmu pengetahuan tertentu kemudian mengembangkannya.

Ia juga menekankan pada penggunaan atau manfaat. Dalam konteks ini, ia mengutip seorang ilmuwan bernama Ali Ibnu al-Hasan. Jika ilmuwan tak berpikir tentang penggunaan dan hasil kerja, ujar Ya’qubi, itu akan menjadi awal bagi terwujudnya manipulasi terhadap ilmu pengetahuan. Dengan persepsinya itu, ia kemudian menuntaskan Mu’jam al-Udaba.

Di sisi lain, Ya’qubi juga berpandangan bahwa ilmu pada kekuasaan. Ia menuliskan pandangannya itu dalam Mu’jam al-Udaba, melalui sebuah kisah Khalifah Al-Mutamid. Suatu pagi, khalifah berjalan di taman dan mengangkat Tsabit Ibnu Qurra dengan tangganya.

Lalu, Khalifah Al-Mutamid, menjatuhkan Tsabit secara perlahan. Dan ini membuat Tsabit bertanya. Ada apa tuan? tanya Tsabit. Khalifah pun kemudian menjawab, tanganku ada di atasmu, namun ilmu pengetahuan lebih tinggi lagi, katanya. Dalam karyanya tersebut, Ya’qubi ingin menjelaskan bahwa dalam persepsi Muslim, tingkatan ilmu pengetahuan lebih tinggi dibandingkan kekuatan politik. [Luk]