Scroll untuk baca artikel
Terkini

Amin Rais: Demokrasi Saat Ini Terjadi Gejala Democratic Backsliding

Redaksi
×

Amin Rais: Demokrasi Saat Ini Terjadi Gejala Democratic Backsliding

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Amin Rais mengatakan negara yang sedang menumbuhkan demokrasi saat ini terjadi gejala Democratic Backsliding atau kemunduran demokrasi yang meluncur ke arah otoritarianisme dan despotisme. Media masa menjadi corporate, governance corporate, corporate law dan sebagainya.

“Kuncinya satu beranikah memberantas mafia? Karena kita negara mafia, mafia kedelai, mafia pajak, mafia cabe, mafia kesehatan, mafia farmasi, dan lain-lain. Jika mafia tidak dibrantaas kita akan menjadi negara yang tidak berdaulat,” sambung Amin dalam Webinar Masa Depan Demokrasi dan tekno-ekonomi di tengah Pandemi yang diselenggarakan LP3ES, Jumat (25/6/2021) malam.

Amin menambahkan supaya pemerintah kita betul-betul berdaulat, bukan didikte oligarki ekonomi, oligarki intelijen dan oligarki lainnya.

Sebab saat ini menurut Amin, ada kemerosotan nilai-nilai demoriasi dalam praktik atau  sebagai aspirasi yang semakin pudar.  Bersamaan dengan terjadinya second cold war dan economic decoupling terhadap China oleh Amerika Serikat (trade war) dan negara-negara barat yang ternyata tidak membuat ekonomi China runtuh.

“Indonesia perlu lebih waspada dalam menyikapi potensi konflik dari dua negara adidaya saat ini USA dan China yang amat kuat dalam perekonomian, teknologi dan intelijen terutama sikap  politik bebas aktif yang nampaknya sudah hilang,” tegasnya.

Webinar mengenang BJ Habibie yang bertepatan dengan hari lahirnya 25 Juni 1936. Peringatan 85 tahun BJ Habibie, sebagai Keynote Speaker Ginandjar Kartasasmita dan Dipo Alam.

Ginandjar Kartasasmita menyampaikan jasa terbesar Pak Habibie yang dilupakan orang adalah menyelesaikan krisis ekonomi tahun 1998, bukan hanya keberhasilan sebagai ekonom dan teknolog.

“Krisis akibat  pandemi Covid-19 sekarang ini merupakan yang pertama kali dihadapi Indonesia  sejak merdeka, tetapi dari sisi ekonomi tidak separah krisis ekonomi 1998 waktu itu. Nilai tukar rupiah Rp 2400/USD (Juni 1997) → Rp 16.000/USD (Juli 1998),” lanjutnya.

Kebijakan BJ Habibie

Menurut Ginandjar, hasil kebijakan Pak Habibie nampak terlihat dari perubahan positif yang signifikan dari tingkat inflasi bulanan, yang maksimal 12,7% pada  bulan Feb 1998, dan setelah itu turun terus sampai di bawah 1%.

Tingkat  kemiskinan juga memiliki kecenderungan turun. Bank Indonesia tidak dibolehkan  membantu bank-bank korporasi, seperti kasus BLBI. Krisis ekonomi 1998 ini juga  mengubah sistem otoriter menjadi demokrasi, dan sistem sentralisis menjadi  desentralisasi, dijaminkannya kebebasan pers.