Anies dianggap mampu mengatasi persoalan bangsa dari hulu ke hilir.
BARISAN.CO – Berdasarkan data BPS Jumlah penduduk di provinsi Jawa Tengah mencapai 36.742.501 juta jiwa. Provinsi ini sering disebut kandang banteng. Bahkan, beberapa kali politisi Partai Demokrat Indonesia Perjuangan (PDIP) berani mengklaimnya.
Namun, ketua Presidium Relawan Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) Jawa Tengah, Joko Purnomo mengungkapkan hal berbeda.
Menurut pria yang tinggal di wilayah Wonogiri ini, opini itu dibangun sehingga memengaruhi hampir seluruh pelosok Jateng.
“Kalau kita lihat hasil Pemilu, tidak sampai 30 persen, artinya bukan kandang banteng. Di beberapa kabupaten/kota memang mendominasi, tapi tidak semuanya bahkan kepala-kepala daerah terpilih di Jawa tengah tidak hanya didukung oleh PDIP, tapi banyak juga dari partai-partai lain,” kata Joko pada Minggu (21/8/2022)
Joko berpendapat, opini itu sengaja dibangun dan yang membangun bukan hanya PDIP. Dia meminta untuk tidak menyalahkan PDIP karena hampir semua orang meyakini itu.
“Itu selalu jadi pembicaraan bahwa ini kandang banteng. Ke depannya, saya ingin mematahkan mitos itu,” lanjutnya.
Dia memberikan contoh saat Pilgub 2018, dalam surveinya, Ganjar Pranowo dieluh-eluhkan akan mendapatkan suara hingga 72 persen, namun kenyatannya dalam rekapitulasi KPU, Ganjar-Yasin mendapatkan 58,78 persen. Sedangkan lawannya saat itu, Sudirman-Ida memperoleh 41,22 persen.
Joko menjelaskan, Ganjar juga tidak hanya diusung PDIP. Salah satu partai pendukungnya adalah PPP yang di mana Pantura memang kantong PPP.
Joko melanjutkan, sebagai warga Jateng, dia menyaksikan langsung bahwa pendukung Anies Baswedan luar biasa.
“Ketika kemarin Idul Fitri, banyak pemudik, saya ke beberapa daerah, mereka cerita bagaimana Jakarta sehingga ketika berbicara Jakarta kenapa Jakarta bisa seperti sekarang. Itu karena melihat gubernurnya.
Mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah ini menyampaikan, meski pendukung Anies cukup banyak, namun masyarakat Jawa tidak punya kebiasaan untuk terbuka.
“Di beberapa kabupaten/kota yang belum bisa membentuk ANIES dalam arti secara formal untuk deklarasi bukan karena tidak ada, kita sudah kopi darat berteman dengan teman-teman juga banyak, mereka siap. Hanya saja memang mereka minta waktu untuk tidak terbuka dahulu,” tambahnya.
Joko mengungkapkan, istilah Jawanya itu ojo ndisiki kersane gusti (jangan mendahului maunya Tuhan).
“Ini dalam konteks karena sampai hari ini belum ada kepastian partai mana yang mengusung Pak Anies. Tetapi pada prinsipnya pendukung Pak Anies itu banyak sekali,” ujarnya.
Pada akhir tahun lalu, relawan ANIES diganggu oleh sekelompok orang yang diduga pendukung Ganjar Pranowo. Saat itu, mobil terparkir tepat di depan lokasi acara deklarasi dengan spanduk putih bertuliskan #TetapGanjar.
Namun, kini, Joko mengaku hal seperti itu terjadi. Dia menjelaskan, kejadian seperti itu hanya persoalan klasik relawan karena setelah itu sudah tidak masalah yang terjadi.
“Saya sudah keliling kemarin untuk melakukan forum konsolidasi di Banyumas, kalau di Dapil itu cukup banyak bahkan kita batasi karena sumber daya yang kita miliki. Untuk sementara konsolidasi ini kita batasi sekian orang tiap kabupaten/kota,” ungkapnya.
Saking antusiasnya, saat ingin pulang, Joko dan rombongan dijegat karena orang-orang ingin berdiskusi.
Saat ini, DPW ANIES Jateng berfokus untuk memperkenalkan Anies Baswedan, terkhusus sosoknya. Sedangkan, untuk organisasinya sedang dalam tahap penguatan kelembagaan.
“Persoalan yang selalu dihadapi relawan adalah muncul di udara, tapi di bawah dia tidak punya persneling. Ini yang akan kita gerakkan, jadi kita pelan, tapi harus sampai karena itu yang akan menjadi ujung tombak kita untuk menjelaskan dan menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang Anies,” jelasnya.