Scroll untuk baca artikel
Blog

Anies Baswedan Bukan Temanku

Redaksi
×

Anies Baswedan Bukan Temanku

Sebarkan artikel ini

Di era Presiden SBY, dia menduduki posisi tertinggi bersama Dahlan Iskan sebagai capres yang akan diusung oleh Konvensi Capres Partai Demokrat 2013-2014 (namun malah tidak jadi diusung). Sekali pernah dia kirim WA, mengomentari sebuah tulisanku di koran. “Tulisannya bagus, mbak,” tulisnya.  

Tahun 2018, dalam sebuah perhelatan PWI Pusat, dimana saya merupakan salah satu pengurusnya, di gedung LKBN Antara di Jakarta, AB yang sudah menjadi Gubernur DKI menjadi pembicara. Ketika turun panggung, tentu dia dikerubuti wartawan dan panitia-pengurus PWI.

Tapi begitu melihat saya, dia berhenti berjalan dan menyapa: “Mbak Sirikit, kok ada di sini. Bagaimana? Sehat ya?” Di hadapan begitu banyak orang, disapa tokoh semacam AB, rasanya sesuatu banget. Saya sendiri terkesan bahwa setelah sekian tahun tak bertemu, dia masih hafal wajah dan nama saya. Padahal kami tidak berteman akrab.

Itulah AB yang saya kenal. Baru-baru ini dia Kirim WA: “Assalamu alaikum Mba Sirikit. Mendoakan semoga Allah terus melimpahkan rahmah, barokah, dan perlindungan utk Mba Sirikit. Alhamdulillah masa kritis telah terlewati. Insya Allah makin sehat Mba.

Kita bisa berdiskusi lagi, ngobrol lagi, dan sama-sama bekerja untuk kemajuan Indonesia.” Dari mana dia tahu saya sakit? Tentu bukan dari saya. Fakta bahwa dia tahu, dan mengirimkan simpati serta doa, lagi-lagi meninggalkan kesan mendalam bagi saya.

Jadi, kalau ada yang menuduh saya pro/pendukung AB –dalam konteks politik- ya, apa boleh buat. Pengalaman nyata saya dan pengamatan selama ini sebagai pengamat media, tak bisa tidak, menyimpulkan bahwa dia orang yang baik. Terlepas dia pintar dalam berbagai hal, tidak terlalu penting. Yang dibutuhkan oleh Indonesia adalah orang dengan pribadi/karakter yang baik, tak goyah oleh jabatan, kekuasaan, dipuji tidak terbang, dibully tidak tumbang.

28 November 2020

Sirikit Syah, Penulis dan pengamat media