Scroll untuk baca artikel
Blog

Anies Baswedan di Tengah Deja Vu Lonjakan Covid-19

Redaksi
×

Anies Baswedan di Tengah Deja Vu Lonjakan Covid-19

Sebarkan artikel ini

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang pada September 2020 juga melakukan serangan kepada Anies Baswedan saat melakukan rem darurat, kini malah mendesak agar Anies Baswedan segera menarik rem darurat. Melalui Sekretaris Fraksi PSI Anthony Winza menyampaikan rem darurat diperlukan guna menekan penularan Covid-19 yang semakin tak terkendali.

“Jangan sampai terlambat lindungi warga, segera tarik rem darurat,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/6/2021).

Anthony menilai PSBB ketat bisa meredam lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota. Jumlah pasien yang terinfeksi virus corona memang melonjak sejak 9 Juni 2021. Penambahannya mencapai di atas 2 ribu orang per hari. Sepertinya PSI kehilangan panggung untuk menyerang Anies Baswedan karena tidak melakukan penarikan rem darurat, sehingga sekarang mendukung upaya Anies tahun 2021 yang dulu mereka serang.

Dan yang paling lucu adalah tidak ada pernyataan dari tiga menteri yang pada 2020 menyerang Anies karena melakukan penarikan rem darurat, padahal saat ini kondisi yang sama juga terjadi yaitu saham anjlok, dan dikuti dengan rupiah yang melemah.

Tercatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersungkur dalam tiga sesi beruntun. Pada penutupan hari ini, Jumat (18/6/2021), IHSG kembali berakhir di zona merah. Data laman Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan indeks komposit ditutup terkoreksi 1,01 persen atau 61,32 poin ke level 6.007,12. Indeks telah melemah sejak perdagangan dibuka dengan anjlok 0,05 persen atau 2,93 poin ke level 6.065,52 dari penutupan Kamis (17/6/2021) yang berada di level 6.068,45.

Setelah itu IHSG terus tertekan, sehingga berkubang di zona merah dengan pergerakan di rentang 5.944,05 – 6.070,41. Dari 11 indeks sektoral IDX-IC yang tercatat di BEI, hanya sektor teknologi yang menopang IHSG dengan penguatan tipis 0,04 persen. Sektor industri dasar ambruk 2,2 persen, sementara sektor kesehatan dan transportasi rontok 1,99 persen, sektor properti jatuh 1,88 persen dan sektor energi terkoreksi 1,84 persen.

Demikian pula dengan kurs rupiah bergerak melemah 1,72 persen terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir merespon naiknya kasus COVID-19 pasca Lebaran. Pelemahan kurs menurutnya menjadi indikasi bahwa pemulihan ekonomi Indonesia berisiko terganggu sehingga pelaku usaha maupun investor pesimis ekonomi tumbuh 8 persen pada kuartal II seperti yang sebelumnya diproyeksikan pemerintah. Diduga kurs rupiah terganggu akibat lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia. Sebab, jika IHSG melemah, dan aliran modal keluar tidak dibendung oleh pemangku kepentingan maka rupiah akan terkena imbasnya.