Kekuatan Ganjar bukan di prestasi, tapi di performance: sederhana, renyah, gaul dan banyak senyum. Jika ingin menyasar kelas menengah-atas, Ganjar mesti menunjukkan prestasinya. Mengingat bahwa bangsa ini lebih butuh prestasi seorang calon pemimpin, bukan penampilannya.
Apakah Puan dan DPP PDIP akhirnya menyerah dan memberikan tiketnya ke Ganjar? Semua masih terbuka kemungkinan.
Bagi PDIP, ini dilema. Satu sisi, Ganjar adalah kader potensial. Punya elektabilitas cukup tinggi. Di sisi lain, dalam waktu yang tak terlalu lama, akan ada suksesi kepemimpinan di PDIP. Jika suksesi di PDIP terjadi dan kekuasaan dipegang kader PDIP, tak menutup kemungkinan Puan bisa tersingkir. Lalu, trah Soekarno akan lenyap dari Partai Marhaenis ini.
Saat ini, PDIP masih dalam kendali Megawati. Megawati sangat kuat posisinya. Tak ada kader yang punya kekuatan untuk menggeser.
Beda Mega, beda Puan. Soal ini, sudah banyak isu yang berkembang. Bahwa, PDIP adalah partai yang seksi untuk diperebutkan pasca Megawati.
Jika PDIP tak mengusung Ganjar, maka peluang untuk diusung partai lain tetap ada. Dengan satu catatan, elektabilitas Ganjar harus paling tinggi. Di sini, peran presiden Jokowi sangat menentukan. Tanpa campur tangan kekuatan Jokowi, Ganjar bukan siapa-siapa.
Mengusung Ganjar bagi partai lain bukan tanpa risiko. Mengingat Ganjar adalah kader PDIP. Kader tetap kader. Apalagi, Ganjar cukup lama berkarir di PDIP. Tentu ini memiliki ikatan emosional, rasional dan sosial yang cukup kuat. Setiap saat Ganjar bisa kembali ke PDIP jika hajatan Pilpres sudah selesai. Sebab, PDIP adalah rumah yang paling nyaman buat Ganjar dengan semua histori, kolega dan konstutuennya.
Berbeda dengan Anies, karena bukan kader, maka saham dan positioning partai akan lebih kuat. Anies bisa menjadi milik bersama, bukan milik partai tertentu. Di sini, ada kolektivitas yang memberi jaminan setiap partai untuk terlibat dalam kebijakan. Dan ini, tak mudah didapatkan jika mendukung kader partai lain.
Bagi partai besar seperti Golkar, mendukung Anies bisa menempatkannya menjadi dirijen. Jika mengusung Ganjar, nasib Golkar akan seperti saat ini, kalah gaung dan pengaruh dari PDIP.
Dari sisi karakter, Anies dan Golkar memiliki chemistry. Anies sosok yang egaliter, moderat dan terbuka. Begitu juga dengan Golkar, partai moderat dan sangat terbuka.
Hanya saja, Golkar biasanya kalah berani dan kalah cepat dengan langkah Nasdem. Nasdem dikenal sebagai partai yang berani ambil langkah cepat untuk mendukung Capres. Dan tampaknya, di pilpres 2024, Nasdem menghindari satu gerbong dengan PDIP. Pengalaman 2019 membuat Nasdem tak banyak bisa bergerak karena kuatnya pengaruh PDIP.