Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Anies Merestorasi Sungai di Tebet Eco Park, Ciliwung Institute: Praktik Cerdas di Indonesia

Redaksi
×

Anies Merestorasi Sungai di Tebet Eco Park, Ciliwung Institute: Praktik Cerdas di Indonesia

Sebarkan artikel ini

Ciliwung Institute menilai Pemprov Jakarta telah mengambil peran dalam soal adaptasi dan solusi perubahan iklim dunia.

BARISAN.CO – Saat meresmikan Taman Tebet (Tebet Eco Park) pada Sabtu (23/4/2022), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan memproyeksikan taman yang ramah untuk anak muda media sosial alias Instagramable itu sebagai lokasi penampungan air termasuk banjir di Tebet.

Anies berharap, dengan mengusung tiga konsep, yakni fungsi ekologi, ruang sosial, dan juga ruang edukasi serta rekreasi, taman ini bisa menjadi taman percontohan.

Yang paling menarik dari revitalisasi taman ini adalah adanya restorasi ekologi. Mengubah fungsi grey space dalam taman menjadi active green (ruang terbuka hijau) serta blue open space (ruang terbuka biru) sebagai respon dari masalah pengendalian alam, khususnya banjir dan krisis air di sungai eksisting.

Active green dan blue open space merupakan solusi berbasis alam yang menghilangkan kanal batu yang keras dan mengembalikan bebatuan dan tanaman alami, binatang-binatang taman, dan juga aksesibilitas masyarakat ke fitur alam dalam taman, atau yang disebut dengan naturalisasi. Saat turun hujan bisa menjadi kolam retensi.

Anies sebelumnya memang berulang kali menyebut program naturalisasi untuk mengatasi banjir. Sehingga, kehadiran Tebet Eco Park ini mendapat apresiasi dari masyarakat dan aktivis lingkungan. Salah satunya oleh Koordinator Ciliwung Institute, Sudirman Asun.

“Ini pertama di Indonesia yang skala  pelaksanaannya melalui kebijakan pemerintah. Praktik cerdas di Indonesia, Jakarta mengkonservasi air dan pohon mengambil peran bagian adaptasi dan solusi perubahan iklim dunia,” kata Asun kepada Barisanco, pada Minggu (24/4/2022).

Dia menyebut, ini harus dicontoh di berbagai tempat tentang tata kelola air.

“Cara Kementerian PU tentang normalisasi sungai dengan membetonnya itu sudah usang. Banyak negara sudah meninggalkannya, termasuk Belanda, Singapura, dan Malaysia. restorasi sungai ini mengindikasikan bahwa kita tidak lagi memusuhi air, tapi dikonservasi dan disimpan dialokasikan taman pasang surut air untuk penyerapannya,” lanjut Asun.

Menurut Asun, langkah revitalisasi ini bisa menjawab dua masalah di Jakarta, yakni mengatasi solusi banjir dan penurunan muka tanah.

Asun menambahkan, baik dalam proses before dan after-nya bisa diharapkan agar dipasang papan informasi di lokasi taman sebagai edukasi tentang fungsi restorasi sungai.

“Taman ini juga sebagai ruang ekosistem dan memberi ruang untuk semua kehidupan ekologi dan upaya  penanggulangan banjir jakarta untuk menyediakan retensi konservasi air. Melalui, penyerapan pengisian air tanah di banyak bagian taman yang berkala  difungsikan menjadi wilayah pasang surut air hujan dan luapan sungai dan ketika kering menjadi tempat bermain,” lanjutnya.

Pembangunan taman seluas tujuh hektare ini juga memiliki 8 spot menarik, antara lain adalah Forest Buffer, Link Bridge, Community Lawn, Wetland Boardwalk, Children Playground, Plaza, Community Garden, dan Thematic Garden.

Selama empat tahun terakhir pembangunan Taman Maju Bersama di Jakarta tidak hanya ditujukan bagi penghijauan, namun juga sebagai ruang terbuka biru, yang bisa menampung air.

Saat ini, ada beberapa taman yang diarahkan khusus sebagai ruang pengendalian banjir, 94 titik RTH yang ketika hujan dapat menampung 1,9 juta m3 air dan dapat meresap air selama 2 hingga 3 jam. [rif]