Scroll untuk baca artikel
Blog

APBN Akan Tetap Defisit, Meski Alami Surplus Semester I-2022

Redaksi
×

APBN Akan Tetap Defisit, Meski Alami Surplus Semester I-2022

Sebarkan artikel ini

Analisis APBN atas beberapa numenklatur atau item yang mengindikasikan kondisi perekonomian riil akan lebih tampak pada perbandingan antara APBN 2022 dengan outlook. Sekali lagi, outlook adalah prakiraan realisasi sampai dengan akhir tahun hasil perhitungan pemerintah sendiri. Dasar utamanya data realisasi satu semester dan prognose semester dua.

Dalam hal pendapatan, yang diproyeksikan meningkat luar biasa terutama dari Pajak Penghasilan, bea keluar, dan penerimaan sumber daya alam. Ketiganya terkait erat dengan melonjaknya harga migas, minyak sawit, dan batubara.

Pendapatan Pajak Penghasilan yang semula ditargetkan APBN 2022 sebesar Rp1.469 trilyun, diubah menjadi Rp1.705 trilyun dalam Perpres 98. Outlook masih menargetkan kenaikan hingga mencapai Rp1.832 trilyun atau 125% dari target semula. Dalam hal pendapatan bea keluar (ekspor) sebesar 827%, dan penerimaan SDA sebesar 179%.

Dalam hal Belanja Negara, outlook memproyeksikan realisasi atas Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp2.370 trilyun. Merupakan 122% dari yang ditetapkan APBN 2022. Sedangkan, Transfer ke Daerah hanya sebesar 104%, dan Dana Desa hanya sesuai target awalnya.

BPP dalam hal rincian organisasi atau Kementerian/Lembaga tidak mengalami banyak perubahan. Peningkatan hampir seluruhnya dalam hal Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Terkonfirmasi pula dari jenis belanja yang mengalami perubahan sangat signifikan berupa belanja subsidi dan belanja lain-lain.

Outlook subsidi energi diproyeksikan mencapai Rp209 trilyun atau 156% dari yang dialokasikan semula. Dalam hal subsidi energi ini, narasi pemerintah dan pembicaraan publik berbeda dengan akuntansi APBN. Subsidi energi terkait Pertalite dalam item APBN merupakan kompensasi yang masuk jenis belanja lain-lain. Realisasi jenis belanja lain-lain diprakirakan mencapai 223%.

Meskipun realisasi semester satu mengalami surplus, utang pemerintah tetap bertambah dalam pos pembiayaan utang sebesar Rp192 trilyun. Bahkan, outlook memproyeksikan pembiayaan utang akan tetap mencapai Rp732 trilyun. [rif]