Scroll untuk baca artikel
Terkini

Banyak yang Abaikan Konsumsi Gizi dan Biaya Pendidikan Demi Membeli Rokok

Redaksi
×

Banyak yang Abaikan Konsumsi Gizi dan Biaya Pendidikan Demi Membeli Rokok

Sebarkan artikel ini

Harga rokok yang masih murah sangat berbahaya bagi individu, keluarga, dan negara

BARISAN.CO – Harga penjualan rokok di Indonesia saat ini cukup bervariasi, mulai dari Rp18.000 hingga Rp26.000 per bungkusnya. Bahkan rokok tersebut bisa dibeli per batang atau ketengan dengan harga yang sangat jauh lebih murah antara Rp1.500 hingga Rp2.000.

Risky Hartono, Ph.D dari Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia menyampaikan, jika harga yang relatif terjangkau dan mudah didapat itu membuat ketergantungan akan rokok semakin tinggi.

“Kondisi ini apabila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan dampak yang sangat berbahaya bagi individu, keluarga, dan negara,” kata Risky dalam konferensi pers ‘Dukungan 59 Organisasi Massa pada Kenaikan Cukai Hasil Tembakau untuk Kendalikan Konsumsi’ pada Senin (29/8/2022).

Dampak bagi individu adalah inisiasi perokok anak (Baby Smoker). Menurutnya, perokok membebani negara karena menghabiskan 56-59 persen klaim BPJS Kesehatan.

Dia menambahkan, masyarakat juga kehilangan produktivitasnya yang kalau dihitung sebesar Rp373 triliun.

“Bahkan, itu berpengaruh bagi perokok pasif yang menjadi korban kematian dini. Kematian dini lebih banyak terjadi pada perokok pasif. Kerugian kematian dini ini mencapai Rp1.832 triliun,” tambahnya.

Dia melanjutkan, setiap orang pasti ingin keluarganya yang sehat, sejahtera, tumbuh cerdas, ekonomi meningkat, namun dengan adanya rokok dalam keluarga ini mengakibatkan risiko-risiko yang sangat berbahaya.

“Perokok mengakibatkan adanya stunting pada keluarga, konsumsi gizi terabaikan, konsumsi pendidikan terabaikan, dan juga anggota keluarga dan anak-anak lebih mungkin sakit karena adanya rokok di dalam keluarga,” lanjutnya.

Dari kajian yang disampaikan, ketika ada salah satu anggota keluarga yang merokok, informan mengatakan, rokok lebih diprioritaskan ketikan biaya pendidikan.

“Tidak hanya pendidikan yang diabaikan, informan juga mengatakan, makan ikan, daging, buah-buahan, dan sayur-sayuran jarang dikonsumsi akibat belanja pengeluaran pendapatan rumah tangga itu lebih banyak digunakan untuk membeli rokok,” tegasnya.

Bahkan, Risky memaparkan, informan juga menyebut, lebih cenderung membeli mie instan daripada telur karena harganya lebih murah.

“Yang penting kenyang. Dan tidak hanya itu juga, sayur yang dikonsumsi hanya sedikit, konsumsinya irit bahkan sayurannya dihangatkan untuk konsumsi di hari berikutnya,” sambungnya.

Risky menegaskan, semua ini terjadi karena harga rokok yang masih murah. Ironinya lagi, dalam acara tersebut, Risky mengungkapkan, pengeluaran rumah tangga yang memiliki anak stunting, 14-39 persennya dibelikan rokok.

“Sehingga konsumsi nutrisi tidak tercukupi. Belanja untuk pelayanan kesehatan juga dikalahkan untuk membeli rokok,” jelasnya. [rif]