Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Basa-basi Transisi Energi Bersih, Lingkungan Justru Rusak

Redaksi
×

Basa-basi Transisi Energi Bersih, Lingkungan Justru Rusak

Sebarkan artikel ini

Perusahaan pertambangan berlomba-lomba menguasai cadangan nikel terbesar dunia di Indonesia ini menimbulkan pertanyaan besar, terutama soal dampak lingkungan ke depan.

BARISAN.CO – Meningkatnya permintaan energi di seluruh dunia menimbulkan ancaman yang lebih besar terhadap iklim dan tujuan Perjanjian Paris agar dunia mencapai netral karbon pada 2050. Dalam upaya melawan perubahan iklim, transisi energi bersih diperlukan.

Pada Juni 2022, Presiden Joko WIdodo menyampaikan keinginan agar Indonesia bisa menjadi produsen baterai mobil listrik terbesar. Saat itu, perusahaan asal Korea, LG Energy Solution telah membuka pabrik pembuatan baterai di Kawasan Industri Batang. Investasi yang digelontorkan sebesar Rp142 triliun.

Proyek pabrik tersebut digadang-gadang akan menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara. Sementara, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada Mei lalu mengatakan, baterai mobil listrik akan mulai diproduksi pada akhir tahun 2023 sesuai dengan komitmen konsorsium LG Energy Solution.

Selain itu, Wakil Presiden, Ma’ruf Amin di akhir Agustus silam menyataan, perhelatan KTT G20 yang digelar di Bali pada November ini menjadi awal konversi penggunaan kendaraan listrik. Bahkan, beberapa pekan setelahnya, Ma’ruf memastikan, kendaraan listrik yang disediakan untuk acara G20 itu bisa dijual selepas acara.

Menurut Wapres, hal itu sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) nomor 7/2022 tentang Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai Kendaraan Dinas Operasional dan/atau Kendaraan Perorangan Dinas Instansi pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Namun, investigasi media Inggris, Guardian pada Februari lalu terhadap pertambangan nikel dan industri kendaraan listrik telah menemukan bukti bahwa sumber air minum yang dekat dengan salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia terkontamisasi dengan tingkat kromium heksavalen (Cr6) yang tidak aman, bahan kimia penyebab kanker.

Investigasi itu juga menemukan, bukti yang menunjukkan peningkatan tingkat infeksi paru-paru di antara orang-orang yang tinggal di dekat tambang. Sedangkan, dalam beberapa tahun terakhir terjadi perlombaan antara perusahaan pertambangan dalam menguasai cadangan nikel terbesar dunia di Indonesia.

Nikel merupakan komponen penting bagi baterai kendaraan listrik (EV). Ini dapat membawa kekayaan transformasional. Namun, masyarakat yang tinggal di Pulau Obi kini menjadi rumah untuk salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia, hanya ingin air yang bersih dan aman.

Tidak seperti mineral lain yang digunakan untuk EV, seperti kobalt dan lithium yang telah dikaitkan dengan kerusakan lingkungan dan pelanggaran HAM, rantai pasokan nikel sejauh ini sebagian besar tidak diteliti.

Belum lama ini juga, sebuah artikel The Seattle Times mengungkapkan, sebagian besar baterai kendaraan listrik dibuat dari nikel. Artikel berjudul “Electric vehicles are great, but the environmental cost of nickel batteries is too high” menjelaskan, tidak seperti banyak mineral yang dapat ditambang dalam penggalian dalam yang luasnya relatif kecil, nikel laterit tersebar luas dan dangkal.

Endapan tersebut hanya terbentuk di daerah tropis dengan curah hujan musiman tinggi dengan batuan dasar geologis tertentu. Sehingga, tahapan awal untuk mendapatkan nikel ini dengan menghilangkan semua yang hidup di permukaan, yang sering kali berarti hutan hujan.

Hutan hujan terkenal dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, tetapi hutan hujan di Indonesia dan Filipina sangat beragam dan memiliki banyak spesies unik. Artikel itu juga menerangkan, tambang seperti itu sering menghasilkan kromium 6 yang beracun dan karsinogen ke saluran air.

Terlebih, setelah lapisan tanah atas dihilangkan, hujan tropis menyapu banyak sedimen yang terbawa ke terumbu karang terdekat. Inilah sebabnya, dalam penambangan terbuka muncul opsi nuklir.