Scroll untuk baca artikel
Blog

Berdirinya NU, KH Wahab Hasbullah Sang Organisatoris

Redaksi
×

Berdirinya NU, KH Wahab Hasbullah Sang Organisatoris

Sebarkan artikel ini

Delegasi ke Makkah dari Komite Hijaz, KH Wahab Hasbullah dan Syekh Ghanaim. Dari pertemuan Komite Hijaz terbentuklah Nahdlatul Ulama (NU).

BARISAN.CO – Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926 tidak dapat lepas dari sosok KH Wahab Hasbullah. NU menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia melalui perjuangan panjang sang Kiai.

Tahun 1914 KH Wahab Hasbullah mulai gelisah karena umat Islam kurang dinamis. Berbagai bidang seperti persoalan sosial kemasyarakatan dan minat berorganisasi rendah.

Ia

saat itu berusia 26 tahun menyelesaikan studi di Makkah dan pulang ke Indonesia. Pemuda kelahiran Jombang, 31 Maret tahun 1888 telah terlihat sosoknya sebagai organisatoris yang tangguh.

Ketertarikannya dengan keorganisasian mulai tampak ketika masa kecil acap kali mengikuti bahtsul masail yakni pengkajian persoalan keagamaan. Begitu juga mengikuti forum-forum musyawarah yang di selenggarakan di Pondok Pesantren Tambakberas dan seminar-seminar keagamaan.

Perihal ini menunjukkan bahwa sosoknya dalam keorganisasian tidak dapat diragukan lagi. Di Makkah itulah ia mulai mengasah ilmu keorganisasian, lalu bertemu sosok KH Mas Mansur.

Kedua tokoh ini saling tukar pemikiran dan berdiskusi, sampai suatu ketika mendengar kabar Haji Oemar Said Cokroaminoto mendirikan Sarekat Islam. Disusul berdirinya Al Islam Wal Irsyad, membuatnya memiliki inisiatif untuk mendirikan Sarekat Islam cabang Makkah.

Selesai studi di Makkah, ia menikah dengan anak Kiai Musa bernama Maimunah dari Surabaya. Ia mulai tinggal di rumah mertuanya di kampung Kertopaten Kota Surabaya.

KH Wahab Hasbullah mulai berkegiatan di masyarakat, lalu ia mendirikan Tashwirul Afkar sejenis kelompok atau komunitas diskusi. Tashwirul Afkar awalnya bertempat di musala milik merutanya, lalu pindah ke Lawang Agung Ampel Kota Surabaya.

Nahdlatul Wathan

Perkenalannya dengan Mas Mansyur yang baru pulang dari studi di Mesir, semakin menguatkan jiwa keorganisasiannya. Kedua tokoh ini memiliki ide dan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah sebagai sarana pengajaran Islam.

Lalu disepakati mendirikan Nahdlatul Wathan yang mendapatkan legal formal (rechtspersoon) pada tahun 1916 M. Melalui Nahdlatul Wathan inilah berdirilah madrasah yang bertempat di Kawatan Gang IV Surabaya yang dipimpin KH Mas Mansur.

Nahdlatul Wathan mulai kuat, KH Mas Mansur pada tahun 1922 M berkeinginan untuk turut berperan di Pengurus Pusat Muhammadiyah. KH Mas Mansur berkiprah di Muhammadiyah, lalu untuk mengisi kepemimpinan Nahdlatul Wathan dipilihkan KH Abdul Halim Leuwimunding meneruskan perjuangan Nahdlatul Wathan.

Sedangkan susunan lengkap Nahdlatul Wathan, sebagai pemimpin bagian ulama KH Wahab Hasbullah dan dibantu KH Alwi Abdul Aziz, KH Ridwan, KH. Nahrawi, , KH. Abdul Halim Leuwimunding, K. Abdullah Ubaid, KH. Amin Kemayoran, dan KH. Amin Praban.

Selain mendirikan Nahdlatul Wathan yang bergerak di bidang pendidikan, lalu di bidang ekonomi kerakyatan dibentuklah Nahdlatut Tujjar yang berarti kebangkitan pedagang. Nahdlatut Tujjar sebagai gerakan ekonomi rakyat yang juga tidak dapat dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama.

Dari Nahdlatul Wathon ini berkembang kebutuhan untuk menaungi kalangan pemuda, maka dibentuklah Syubbanul Wathan yang dipelopori KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah an KH Abdullah Ubaid.

KH Wahab Hasbullah dan Nahdlatul Ulama

Kehadiran organisasi Nahdlatul Wathan dan Syubbaul Wathan tidak lepas dari restu KH Hasyim Asy’ari. Antara KH Wahab Hasbullah dan KH Hasyim Asy’ari memiliki hubungan keluarga, meski usianya lebih muda 17 tahun.

Jalur keluarga dengan KH Hasyim Asy’ari dari kakeknya KH Abdussalam atau yang dikenal dengan nama Mbah Shihah atau Mbah Shoichah pendiri pesantren Tambakberas. Sebagai sosok pemuda yang progresif, KH Wahab Hasbullah acapkali sowan ke Pesantren Tebuireng yang diasuh KH Hasyim Asy’ari.