“Panglima Soedirman menyetujui saran Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Dan meminta Sri Sultan untuk berkoordinasi dengan Letnan Kolonel Soeharto sebagai komandan Brigade 10/Wehrkreise III”
BARISAN.CO – Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan salah satu peristiwa sejarah paling penting di Indonesia. Serangan ini menjadi momentum bagi pemimpin bangsa untuk memaksa Belanda berunding melalui PBB.
Namun, belakangan polemik muncul saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 2 Tahun 2022. Tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara yang tak mencantumkan nama Soeharto dalam Keppres tersebut.
Baru-baru ini, muncul pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X yang saat ini juga menjabat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini mengungkapkan peran Soeharto pada Serangan Umum 1 Maret 1949.
Menurut sejarawan militer Kementerian Pertahanan, Kolonel Kusuma Espe, video itu merupakan potongan video tahun 2018.
“Yang disampaikan oleh Sri Sultan itu pada saat diskusi tentang Serangan Umum 1 Maret pada tahun 2018 di Benteng Vredeburg. Jadi Sri Sultan HB X datang, yang amanatnya tersebar di medsos itu,” ujar Dr. Kusuma Espe saat diskusi online ‘Perjuangan Dakwah Jenderal Besar sudirman (1916-1950), Menarik Ilham dari Panglima Besar’ Senin, (7/3/2022).
Dalan video yang beradar itu, Sri Sultan HB X mengungkap, ada pertemuan antara Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX dengan Soeharto sebelum Serangan Umum 1 Maret diluncurkan. Sepanjang Desember 1948 hingga Februari 1949 terjadi serangan terus menerus terhadap pos-pos Belanda oleh gerilyawan TNI.
Adanya perlawanan sporadis pada akhirnya melahirkan gagasan untuk melakukan serangan umum yang lebih besar dari segala penjuru.
“Sultan HB IX mengirim surat kepada Panglima Soedirman dan menganjurkan agar mengadakan serangan guna merebut Yogyakarta dari tangan Belanda,” kata Sri Sultan usai membaca Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara di Tetenger Serangan Umum 1 Maret 1949, Keben Keraton Yogyakarta, Selasa (1/3/2022).
Peran Soeharto
Menurut Sri Sultan, gagasan yang disampaikan ayahnya itu diterima dengan baik oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Namun karena Jenderal Soedirman bersama pasukannya sedang perang gerilya keluar masuk hutan. Berpindah-pindah ke daerah sekarang masuk perbatasan Provinsi DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sang Jenderal pun menyarankan Sultan HB IX berkonsultasi dengan Letkol Soeharto.
“Panglima Soedirman menyetujui saran Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Dan meminta Sri Sultan untuk berkoordinasi dengan Letnan Kolonel Soeharto sebagai komandan Brigade 10/Wehrkreise III. Tak lama, Sri Sultan dan Letkol Soeharto melakukan pertemuan dan keduanya sepakat untuk melakukan Serangan Umum 1 Maret 1949 pada pukul 06.00 WIB,” kata Sultan HB X.
Menurut Sri Sultan, serangan besar-besaran itu sukses membuat malu militer Belanda. Hal itu juga semakin meneguhkan eksistensi Republik Indonesia dalam diplomasi internasional di sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Dan memang benar terjadi. Sesaat setelah sirine tanda selesainya jam malam meraung-rauang di seantero Yogyakarta suara tembakan serentak terdengar di mana-mana. Untuk pertama kalinya sejak Kota Yogya jatuh ke tangan Belanda, pasukan TNI berhasil memasuki wilayah kota,” ujar Sri Sultan. [rif]