ISYARAT pecah kongsi itu mulai tampak dan bisa ditakwilkan lewat sebuah pernyataan. Dalam pernyataan yang dimuat hampir semua media massa, Presiden Jokowi dalam peretemuan empat mata, Kamis (26/1) pekan lalu, disebutkan sempat menyampaikan komplain kepada Surya Paloh terkait dukungan Nasdem kepada Anies Baswedan sebagai bakal calon Presiden.
Kabarnya, Jokowi sempat masygul dengan sikap politik Nasdem yang mencalonkan Anies Baswedan dan membentuk poros perubahan tanpa sebelumnya berkomunikasi dengan dirinya. Komplain yang sempat disampaikan itu bermakna pesannya jelas dan clear. Nasdem dinilai telah berjalan sendiri tanpa mau berkomunikasi lebih dulu untuk hal yang prinsip?
Pencalonan Anies dan membentuk poros perubahan dengan berkoalisi dengan Demokrat dan PKS yang merupakan parpol oposisi dinilai suatu hal yang prinsip bagi Jokowi. Jelas ini merupakan pukulan telak. Pertemuan empat mata pekan lalu itu bermakna pecah kongsi.
Selama ini relasi politik keduanya barangkali mengkontraskan Surya Paloh dengan Presiden Jokowi sebagai pseudo relationship. Relasi semu di mana keduanya telah merasa memiliki hak dan andil karena telah berkorban meraih kesuksesan terutama dalam dalam barisan koalisi pendukung Jokowi.
Kendati begitu, pecah kongsi ini juga bermakna unjuk ketegasan dari sikap politik yang berbeda. Ketegasan Jokowi dalam bersikap sebagai reaksi menanggapi Nasdem sebagai anggota koalisi yang dinilai mbalelo. Wujudnya beberapa Menteri Nasdem dalam Kabinet Koalisi akan doganti.
Sebaliknya, ketegasan Surya Paloh dalam mengambil sikap berseberangan politik dengan Jokowi atas sikap politiknya dalam mencalonkan Anies Baswedan sebagai keputusan politik yang tak bisa ditawar. Apapun resiko poilitiknya. Keteguhan atas keputusan politik itu nyatanya justru menguntungkan Nasdem. Ditandai dengan “tumpah ruah” dukungan masyarakat di pelbagai daerah dalam serial road show politik.
Elektabilitas Nasdem langsung meroket kendati sebelumnya secara cocktail effect Nasdem tak diuntungkan. Benih pecah kongsi sejatinya sudah tampak lama. Relasi Jokowi-Surya Paloh kerap terjadi lantaran kebijakan beberapa Menteri Nasdem dijegal Jokowi tanpa ada komunikasi sebelumnya. Bahkan paling anyar, dua Menteri Nasdem, Menteri Pertanian Syahril Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya tidak diikutsertakan dalam rapat penting terbatas soal distribusi beras nasional. Kabarnya kedua Menteri Nasdem tersebut tak diikutsertakan karena masuk sorotan radar reshuffle kabinet.
Benih keretakan akhirnya berujung pecah kongsi yang selama ini telah dijalin selama hampir dua periode kepemimpinan Jokowi. Nasdem telah menjadi korban politik Anies.
Reshuffle kabinet seolah menegaskan bahwa pintu untuk berkoalisi dengan Nasdem telah tertutup kedap. Bahkan takkan ada ruang dialog lagi bagi parpol koalisi yang nyata mbalelo tatkala mencalonkan Anies sebagai pilihan politik elektoral dalam Pemilu mendatang. Boleh jadi pintu dialog itu tetap terbuka apabila hanya masalah lain dari sekadar pencalonan Anies.
Tentu pecah kongsi bukanlah kiamat bagi Nasdem. Justru kiamat akan datang apabila Nasdem menarik kembali dukungan terhadap pencalonan Anies Baswedan.
Tentu pula Surya Paloh takkan segegabah itu. Sebagai politisi kawakan, Surya Paloh punya rekam jejak yang patut diacungkan jempol saat dia telah mengambil keputusan. Semua resiko akan dihadapinya ketika pilihan politiknya sudah dijatuhkan. Baginya, tak masalah hilang kursi kabinet yang usianya tinggal hitungan bulan. Tinggal setahun lagi. Justru ke depan Nasdem akan kian leluasa dalam membawa kandidat Presiden.