Tabrakan frontal kereta api di jalur tunggal Jakarta-Bogor yang saat itu masih menggunakan lokomotif diesel sangat tragis dan nyaris disandingkan dengan tragedi Bintaro pada 1987. Bagi yang percaya, konon di sekitar Ratujaya masih selalu ada yang mendengar sisa jejak kecelakaan seperti mahluk halus dan suara tangisan.
Catatan ini ingin menunjukkan bahwa Citayam pernah pada masanya menjadi pemberitaan media nasional dan bukan kali ini saja. Citayam sudah menjadi perhatian publik sejak 28 tahun silam.
Fenomena Bocah Citayam adalah peristiwa sosial dan budaya yang patut diapresiasi. Mereka tidak sekadar mejeng atau nongkrong karena mereka juga adalah para pembuat konten di media sosial. Mereka jangan dianggap sebagai penyakit sosial, pengganggu atau malah dilecehkan dan diledek karena tidak ‘sehebat’ anak Jakarta Selatan. Justru anak Jakarta Selatan yang harus digugat karena bahasa gaul mereka ‘merusak’ bahasa Indonesia.
Salut untuk anak Citayam yang pede, kreatif dan berupaya untuk bisa mengubah nasib sekaligus merayakan kebebasan berekspresi tanpa harus terus disubsidi orangtua.
Jangan salah, keberadaan mereka di sekitar Stasiun BNI City juga telah menghidupi para pedagang kecil. Para pedagang minuman, makanan kecil dan juga penjaja kopi bersepeda. Artinya, keberadaan mereka ini telah menyumbang angka pertumbuhan ekonomi Jakarta dan juga Indonesia. [rif]