
Menyimak usulan tersebut, Pak Harto kemudian mendelegasikan soal itu kepada Menristek B.J. Habibie, yang dianggap pakar pesawat terbang, untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden.
Karena diminta Presiden, Menristek B.J. Habibie kemudian memberikan kajian dan menyampaikan pertimbangan yang komprehensif, yang pada kesimpulannya kurang merekomendasikan Mirage 2000.
Menurut Habibie, produsen Mirage 2000 pelit berbagi teknologi kepada pihak Indonesia, sehingga kita akan punya ketergantungan yang tinggi dan mahal dalam perawatan pesawat tersebut ke depannya.
Gara-gara rencana pembelian Mirage-nya terganjal, Benny kemudian bersikap sengit kepada Habibie. Selama ini, urusan alutsista memang hanya berporos di tangan Benny dan sejumlah anak buahnya.
Apa dan bagaimana hubungan Habibie dengan Benny selama ini memang belum banyak terungkap. Dalam biografi Habibie, maupun biografi Benny, fragmen ini tidak pernah disinggung.
Dipo Alam, yang dikenal dekat dengan Habibie, menceritakan isu menarik tersebut dalam buku biografinya.