Scroll untuk baca artikel
Terkini

Bullying Mengancam, Suryadi Nomi Sayangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Dihapus

Redaksi
×

Bullying Mengancam, Suryadi Nomi Sayangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Dihapus

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Dampak bullying terhadap anak amat mengkhawatirkan. Pengalaman buruk tersebut bisa berakhir dengan kerusakan permanen bagi korban.

Tidak perlu terluka secara fisik untuk menderita berkepanjangan. Namun, kata-kata dan gerak tubuh pun sudah cukup melukai. Luka fisik mungkin dapat diobati.

Akan tetapi, luka utama yang diderita korban bullying berupa kerusakan konsep diri terhadap harga dirinya itu amat sulit diobati. Perundungan sendiri adalah upaya memanamkan rasa takut dan kebencian korban pada diri mereka sendiri. Menjadi target perundungan berulang dapat merusak kemampuan mereka memandang diri sendiri sebagai individu yang tidak cakap, kompeten, dan layak.

Di antara korban, ada juga yang bisa menjadi pelaku bullying di kemudian hari. Melihat fakta seperti ini tentu saja mengkhawatirkan terutama bagi mereka yang masih anak.

Dalam acara mimbar virtual dengan tema Waspadai Bullying Anak, praktisi pendidikan, Dr. A. Suryadi Nomi menyebut, salah satu upaya penangan bullying dari keluarga.

Menurutnya, yang bisa dilakukan antara lain ialah: menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama; memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan memperlihatkan cara berinteraksi antar anggota keluarga; membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian, dan ketegasan serta mengembangkan kemampuan anak dalam bersosialisasi;mengajarkan etika terhadap sesama, seperti menumbuhkan kepedulian dan sikap menghargai, memberikan teguran jika anak melakukan kesalahan; dan mendampingi anak dalam menyerap informasi utama dari media televisi, internet, serta media elektronik.

Oleh karena itu, Suryadi menilai, parenting education itu amat penting.

“Dulu di zaman pak Anies Baswedan jadi Menteri itu ada Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga sekarang sudah hilang. Padahal, keluarga itu salah satu pilar penting dalam pendidikan yang mengacu kepada gagasan tripusat pendidikannya Ki Hajar Dewantara,” kata dosen Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta tersebut pada Kamis (11/8/2022).

Di tahun 2015 silam, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membentuk unit baru bernama Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga yang bertugas menangani pendidikan keluarga dan keorangtuaan. Beberapa program utamanya adalah menangani perilaku perundungan (bullying), pendidikan penanganan remaja, penguatan prestasi belajar, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan karakter dan kepribadian, serta pendidikan perilaku destruktif.

Sasaranya utama Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan khususnya pendidikan keluarga. Tidak hanya mencakup orang tua kandung saja, tetapi juga wali atau orang dewasa yang bertanggung dalam mendidik anak. Saat itu, Anies menilai, direktorat itu dapat membantu orang tua mendapatkan informasi dan solusi untuk mendidik anak-anaknya lebih baik.

Sayangnya, melalui Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemendikbud tidak lagi mencantumkan adanya Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. Itu berarti, pendidikan orang tua tidak lagi menjadi prioritas Kemendikbud.

Melihat betapa pentingnya parenting education, Suryadi berharap Direktorat ini akan dapat hadir di masa mendatang. Dia pun menyayangkan gagasan Anies Baswedan itu tidak diteruskan.

Parenting education itu penting karena memang tidak ada sekolahnya. Langsung nikah saja, tidak ada proses bagaimana berkeluarga itu termasuk komunikasi dan sebagainya. Sayang sekali gagasan Pak Anies tidak diteruskan, padahal luar biasa itu juga dapat apresiasi dari berbagai pihak,” pungkasnya. [rif]