Namun, sekali lagi, memang Nu’aiman sang usil yang menggemaskan, si penggeli hati. Ia datang menemui Makhramah dan mengingatkan peristiwa itu. “Engkau ingn memukul Nu’aiman kan? Itu dia lagi salat,”
Lagi-lagi Nu’aiman bermaksud mengusili Makhramah. Yang ditunjuk sebagai Nu’aiman, yang sedang salat, itu sebetulnya adalah Utsman bin Affan. Nu’aiman menuntunnya, mendekatkan kepada Utsman yang sedang khusyuk salat. Lantas dengan sekuat tenaga, saking mangkel kepada Nu’aiman, Makhramah memukul Utsman. Dan, Utsman bin Affan pun terluka.
Begitulah, sekelumit kisah Nu’aiman yang dituturkan Gus Baha. Kisah kocak, sekaligus menggemaskan. Kisah jenaka, yang justru menunjukkan bahwa Nabi saw dan sahabat-sahabat beliau itu ternyata tidak jarang bersantai dan tertawa riang. Mereka saling mengerjai.
Bahkan Nabi saw pun acap mengguraui setiap yang datang ke beliau. Suatu ketika datang seorang wanita tua kepada nabi, dan minta didoakan masuk surga. “Di surga tak ada orang tua,” sabda Nabi saw.
Seketika menangislah si tamu tua itu. Dan, Nabi saw tersenyum menghibur dan membacakan ayat, “Kami ciptakan bidadari-bidadari, Kami ciptakan mereka selalu segar ceria, penuh mesra dan sebaya.” (Al-Waqiah: 35-37).
Perempuan tua itu pun berseri-seri, mengkhayalkan dirinya kelak di surga menjadi muda dan cantik. Pada lain kesempatan, Fathimah, puteri Nabi saw sempat jengkel pada Aisyah. Ia tidak terima, karena ibunya, Khadijah disebut Aisyah sebagai perempuan tua, janda lagi. Fathimah mengadu kepada Nabi saw, dan sang ayah yang penuh asih itu menasehati, “Kamu timpali saja: masih mending begitu, ibuku memang janda, tapi kemudian menikah dengan jejaka. Lha kau, perawan tapi malah menikah dengan seorang tua!”
Ya, Gus Baha menukil secuil kisah jenaka Nabi Muhammad saw di tengah keseharian beliau bersama keluarga. Kisah canda gurau Nu’aiman yang menggelikan. Sungguh mengasyikkan.
Demikian.