إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tapi ia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Jadi hati merupakan pusat perhatian Allah Swt. Maka mengherankan kalau orang lebih suka merawat dan memperhatikan wajahnya agar diperhatikan orang lain, sampai-sampai ia memoles mukanya, membersihkannya dari kotoran dan menghiasinya sebagus mungkin, agar makhluk tidak melihat kekuarangan yang ada padanya.
Namun, ia tidak memperhatikan hatinya, yang menjadi sasaran pandangan Allah Swt. Ia tidak mau membersihkan hatinya itu dari kotoran yang menempel, serta menghiasidan memberikan wewangian, agar Allah Swt tidak melihat hatimu dalam keadaan kotor, buruk maupun penuh aib.
Ia mengabaikan hatinya penuh dengan keburukan, kotoran dan kejelekan, yang sekiranya manusia dapat melihatnya tentu ia akan menjauhi pemilik hati itu, melepaskan diri darinya dan mengusirnya. Maka kepada Allah Swt jualah kita memohon pertolongan.
Ketiga, Hati adalah raja yang ditaati. Sesungguhnya hati itu raja yang ditaati dan penguasa yang diikuti. Maka semua anggota tubuh itu tunduk mengikutinya.
Apabila yang diikuti itu baik, akan baik pula para pengikutnya. Dan apabila rajanya lurus, maka rakyatnyapun lurus. Rasulullah Saw menjelaskan hal tersebut dalam sabdanya:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Artinnya: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena seluruh kebaikan itu tergantung kepadanya yakni hati, maka wajiba bagi kita untuk mencurahkan perhatian eksta kepadanya.
Keempat, hati ibarat lemari besi. Sesungguhnya hati itu ibarat lemari besi tempat menyimpan seluruh permata spiritual seorang hamba.
Permata yang paling berharga adalah makrifatullah yakni pengetahui mengenal Allah Swt, yang merupakan pangkal dari kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kemudian bashirah (mata hati) yang dengannya seseorang dapat menghadap dan memperoleh kemuliaan di sisi Allah Swt.
Setelah itu, niat yang ikhlas dalam menjalankan ketaatan yang dengannya pahala akhirat digantungkan. Kemudian berbagai macam ilmu dan hikmah yang merupakan kemuliaan bagi hamba, serta seluruh akhlak yang mulia dan perbuatan yang terpuji.