Cara menumbuhkan sikap sopan santun dan alasan bahwa kita dan juga anak-anak perlu bertingkah laku yang baik dan bersopan santun
BARISAN.CO – Kalau ada anak umur 2,5 tahun tiba-tiba berkata ‘bego lu, pekok lu!’ pada Anda, bagaimana reaksi Anda? Reaksi spontan yang Anda perlihatkan antara lain, bilang ‘hus, tidak boleh!’, atau ‘siapa yang mengajari kamu ngomong begitu?’ atau sambil membelalakkan mata Anda menyentil sedikit ujung jarinya.
Sesudah itu Anda akan terheran-heran darimana anak bisa berbicara seperti itu. Anda mungkin akan dilanda kepanikan, bagaimana kalau tiba-tiba dia berbicara kasar yang lain di depan orang lain atau kerabat Anda yang lain? Aduh, bisa dicap yang tidak-tidak nantinya.
Carl Gustav Jung, seorang psikoanalis terkenal pernah mengatakan, kalau orangtua ingin anak bertingkah laku baik, terlebih dahulu orangtua harus mengevaluasi dirinya apakah memang sudah bisa bertingkah laku lebih baik?
Berat sekali memang tugas sebagai orangtua. Ada tuntutan untuk selalu bisa menjadi teladan, karena anak akan selalu belajar tentang dunia ini dengan melihat tingkah laku dan sikap dari orang terdekatnya.
Orangtua mana pun pasti ingin anaknya bisa bertingkah laku yang baik di depan orang banyak, menghormati orang lebih tua, sadar akan hak dan kewajiban orang lain yang bisa membatasi hak dan kewajibannya sendiri, serta peka terhadap orang lain.
Pendek kata anak bisa mengikuti norma dan nilai sosial yang berlaku. Sungguh bukan hal yang mudah untuk diserap dan dipelajari, namun kita begitu ingin mereka tahu dan bisa mengamalkan hal-hal baik tersebut. Mengapa anak harus mempelajari hal tersebut?
Letitia Baldrige, seorang ahli etiket yang merupakan staf ahli dari mantan first lady Jacqueline Kennedy, mengatakan bahwa alasan bahwa kita (dan juga anak-anak) perlu bertingkah laku yang baik dan bersopan santun, yaitu:
- Diri kita akan merasa nyaman dan bahagia ketika kita bisa memperlihatkan tingkah laku yang baik
- Kita akan bisa hidup di tempat yang efisien dan tertib bila semua orang bisa bertingkah laku baik dan bersopan santun
- Kebaikan akan membuat lingkungan dan dunia kita lebih baik dan hangat.
Cara menumbuhkan sikap sopan santun memang tidak terlalu mudah. Hal-hal yang sifatnya abstrak seperti konsep kebaikan, sopan, santun, keadilan, menghormati orang yang lebih tua, kasih sayang, dan sebagainya itu tidak dapat begitu saja dimengerti oleh anak, terutama yang masih kecil atau batita.
Penyebab utamanya adalah karena perkembangan kognitif anak yang masih berpusat pada hal-hal yang kongkrit, mereka belum bisa mencerna hal-hal yang sifatnya abstrak atau hal-hal yang tidak bisa mereka lihat, rasa atau cium.
Namun bukan berarti karena anak belum mengerti hal-hal yang abstrak, maka konsep-konsep di atas tidak diajarkan. Justru harus mulai diperkenalkan dan diajarkan sejak dini tentang konsep-konsep tersebut.
cara menumbuhkan sikap sopan santun anak tentang hal ini pastinya berbeda dengan cara mengajar anak membaca, menulis atau berhitung. Dan tentu saja dari hal yang sederhana dan mudah dimengerti anak.
Beberapa hal dasar cara menumbuhkan sikap sopan santun yang perlu dikenalkan dan dipelajari anak adalah:
- Bagaimana mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain
- Bagaimana mengucapkan terima kasih untuk sesuatu yang telah dilakukan orang lain padanya
- Menghormati orang yang lebih tua, seperti orangtua, kakek-nenek, guru di sekolah, dan yang lainnya.
- Ramah pada lingkungan, misalnya anak tahu bahwa tidak baik membuang sampah sembarangan atau mencorat-coret sembarangan
- Melatih anak untuk sadar akan kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan, misalnya memberikan tempat duduknya di kendaraan umum untuk nenek-nenek.
- Bersopan santun di meja makan
- Membantu orang lain yang sedang membutuhkan, seperti membantu beberapa pekerjaan kecil di rumah ketika ayah / ibu meminta bantuan atau membantu ibu guru membawa buku-bukunya
- Melatih anak untuk berjiwa sportif, tidak main curang atau main belakang atau mencari-cari kesalahan orang lain untuk menutupi kesalahan diri sendiri.
Sesederhana apa pun hal yang kita ajarkan, akan membutuhkan contoh dari orangtua. Dan orangtua pun dituntut untuk selalu konsisten memperlihatkan tingkah laku yang diharapkan muncul pada anak.
Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.Ali bin Abi Thalib
Memang mudah mengatakan pada anak untuk bersopan santun, tapi tidak mudah untuk mengingatkan diri kita sendiri untuk tetap bisa bertingkah laku baik di depan orang lain dan di depan orang banyak. Coba kita ingat-ingat situasi di mana kita harus terjebak macet yang parah atau kita tiba-tiba harus mengerem mendadak ketika ada orang yang belok sembarangan. Apa reaksi spontan kita?
Mungkin anda akan mengatakan “sialan, jalan gak liat-liat”, atau “bego, nyetir kok gak pake otak” atau bisa saja “kurang ajar, orang begitu kok nyetir mobil”, dan lain sebagainya. Ketika kita mengeluarkan respon seperti itu sadarkan kalau anak yang semobil dengan kita akan memperhatikan segala ucapan dan tindakan kita? Terkadang tidak, dan itulah susahnya kita sebagai orangtua untuk mencontohkan tingkah laku yang baik.