Dampak dari itu semua, berbagai agenda/jadwal atau round down pelatihan yang demikian padat dan menguras energi dan konsentrasi, diamini oleh peserta dan tidak dianggap sebagai beban yang memberatkan bagi peserta. Melainkan justeru dianggap suatu ujian dan tantangan yang harus dihadapi dan dijawab secara nyata dan bertanggungjawab. Muaranya atau akhirnya (ending/goal) semua peserta dengan kesadaran tinggi bersedia dan mampu mengikuti semua tata tertib dan materi pelatihan dengan penuh disiplin, sungguh-sungguh, nyata dan bertanggungjawab.
Serius dan Ger-geran
Meskipun semua sesi pelatihan berlangsung serius dan ketat, namun dalam pelaksanaanya dapat dilaksanakan dengan rilek. Hal ini dapat terwujud karena Adanya kerjasama semua pihak, baik pemateri, peserta dan Panitia. Penyebab lain, karena peserta khususnya pada kelas B, sangat lengkap dan bervariasi kompetensinya. Di kelas ini banyak pemikir, peneliti, penulis, dai-daiyah, atau orator yang cenderung serius. Tetapi juga sekaligus ada yang dapat memerankan dirinya seperti komedian dengan aksi dan celotehan/celetukan. Ini yang lalu membuat suasana pelatihan pecah dengan gelak tawa dan akhirnya atmosfir pelatihan menjadi riuh dan ger-geran.
Untuk kelas B yang pesertanya berasal dari kampus Sumatera Utara, Banten dan Jakarta (negeri dan swasta), Buya Syafrizal, dosen STAI YDI Lubuk Sikaping adalah satu diantara sekian peserta yang menonjol. Selain mampu menciptakan yel atau slogan kelas yang bernarasi: “Mengajar dengan hati”, yang disambut oleh peserta lainnya dengan ungkapan ‘Caiiir’, Buya Syafrizal yang juga didapuk sebagai Ketua Kelas B sering mengisi rehat pelatihan melalui suaranya yang merdu sambil membacakan shalawat Nabi Muhammad SAW dan menyanyikan beberapa lagu karya H. Rohma Irama, lagu Minang dan karya dari Buya Syafrizal. Maklum karena Syafrizal adalah seorang qariul bin nagham (Pembaca Al-Qur’an dengan lagu).
Sementara peserta lain yang patut diberi catatan khusus karena improvisasinya yang menghibur adalah Ahmad Rohim. Akibat salah satu aksinya yang berupaya ‘mengambil hati’ seorang nara sumber (tentu perempuan), banyak menimbul gelak tawa dan ‘bahan tertawaan’. Sebelumnya, Ahmad Rahim yang juga dosen Institut Pembina Rohani Islam Jakarta (IPRIJA), sudah mencuri perhatian peserta, pemateri dan panitia karena pekikan takbir Allah Akbar saat menyampaikan paparan hasil diskusi kelompok. Sehingga pekikan Allah menjadi branding kelompok/kelas B.
Satu peserta lain yang menonjol adalah Riski Andrian Jasmi. Dosen muda berbakat dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten mampu menarik perhatian peserta, pemateri dan Panitia karena piawai melontarkan selingan yang membuat peserta ger-geran. Hanya kalah sedikit dari komedian profesional yang acapkali tampil stand up comedy di suatu televisi swasta. Tentu masih banyak peserta yang menonjol di forum pelatihan PKDP kali ini, baik kelas B maupun kelas A, dan kelas-kelas lainnya. Sesuai dengan kompetensi, minat dan bakatnya.