Saat berhubungan intim, kepuasaan adalah hal yang diimpikan. Namun, karena citra negatif yang telah menancap di kepala, kehidupan seksual pun terkena imbasnya.
BARISAN.CO – Body image atau citra tubuh mengacu pada pengalaman psikologis multifaset dari perwujudan yang mencakup persepsi dan sikap diri terkait tubuhnya termasuk pikiran, keyakinan, perasaan, dan perilaku. Citra tubuh ini berpengaruh terhadap harga diri seseorang.
Namun, yang menjadi problema ialah saat keluarga, teman sebaya, lingkungan, dan media memengaruhi citra tubuh kita sendiri.
Jika kita melihat iklan, bentuk tubuh perempuan ideal seharusnya ramping, tinggi, berkulit putih, dan tampilan menarik lainnya. Sedangkan, laki-laki dikaitkan dengan bertubuh tinggi, besar, gagah, dan memiliki six-pack. Yang semuanya itu hanya bisa kita saksikan di iklan atau media-media yang mematikan penerimaan kita terhadap tubuh kita sendiri.
Sialnya, orang-orang usil sering kali menghujani orang yang dianggap tidak bertubuh ideal, “Cewek kok gembrot gitu? Tar ga laku”. Kalimat ini mengandung dua hinaan. Bukan hanya body shaming, namun juga mengibaratkan perempuan sebagai barang yang diperjualbelikan.
Sialnya, ketika kepala kita telah dirasuki oleh kata-kata yang membuat rendah diri ini bisa berdampak pada kehidupan seksual pasca menikah.
Mengutip Oprah, direktur Institut Psikoterapi Cincinnati, Ann Kearney-Cooke mengatakan, perempuan dengan citra tubuh yang buruk cenderung menghindari sentuhan fisik dan berakibat kepuasan seksualnya pun berkurang.
“Keintiman seksual melibatkan berbagai esensi terdalam dengan orang lain dan mampu memperhatikan diri sendiri serta pasangan,”
Perasaan negatif terhadap tubuh dan penampilan dapat berdampak besar pada suasana hati saat berhubungan seksual. Ini berakibat menurukan libido sehingga enggan untuk melakukannya.
Ann menyebut, saat berhubungan seksual, namun seseorang malah memikirkan tentang perutnya yang buncit, selulit, atau hal lain dari tubuhnya sendiri, itu bisa menjadi tanda tanya besar tentang keintimannya dengan pasangan.
Namun demikian, meningkatkan citra tubuh tidak begitu mudah, terlebih jika doktrin yang ditanamkan sudah berlangsung bertahun-tahun.
Cara Membangun Citra Tubuh Positif
Melansir dr.Kristie Overstreet, harga diri seksual sama dengan harga diri tradisional yang dimiliki dalam diri, namun harga diri seksual jauh dari cara pandang kita sebagai makhluk seksual. Ketika memiliki citra tubuh buruk, ini mengarah pada harga diri seksual yang rendah secara keseluruhan. Pada akhirnya, mendorong seks ikut rendah juga.
Lalu, bagaimana cara membangun citra tubuh yang positif dan meningkatkan harga diri seksual? Berikut ini 3 cara yang bisa kita lakukan;
1. Berhenti membandingkan diri
Saat kita melihat seorang perempuan atau laki-laki secara online atau langsung dan mulai berpikir betapa itu akan lebih menyenangkan pasangan. Hentikan pikiran itu segera.
Ketika menikah, tentu tahu pasangan memahami bentuk tubuh pasangannya. Sehingga, sebenarnya pasangan pastinya menerima kita apa adanya. Lepaskan pikiran negatif itu dari kepala kita agar tidak merusak kehidupan seksual yang seharunya dapat memberikan kepuasan.
2. Pahami kebutuhan
Perlu untuk mengeksplorasi kebutuhan dan hal yang disukai. Misalnya, titik tubuh yang membuat terangsang atau gaya apa yang diinginkan saat berhubungan intim.
Oleh karenanya, luangkan waktu untuk menjelajahinya. Ini akan membantu kita berhubungan seksual dan keintiman yang sebenarnya. Ini juga akan melenyapkan insecurity yang disebabkan oleh media tentang bagaimana semestinya saat berada di ranjang.
3. Bicarakan dengan pasangan
Salah satu cara mengurangi stres adalah membuka dialog dengan pasangan tentang seks. Mungkin, kita berpikir hal ini tabu untuk dibicarakan. Namun, jangan sampai kehilangan kepuasan dan berujung pada fake orgasm hanya karena ingin menyenangkan pasangan semata. Sedangkan, kita terlunta-lunta dan merana.