Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Coca Cola Diduga Lakukan Greenwashing Melalui Kemasannya

Redaksi
×

Coca Cola Diduga Lakukan Greenwashing Melalui Kemasannya

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Pendapatan Coca Cola di tahun 2021 mencapai US$38.665 miliar. Angka itu naik 17,09 persen dibandingkan tahun 2020 sejumlah US$30.014 miliar.

Produk minuman ringan berkarbonasi ini tersedia lebih di 200 negara. Februari lalu, The Coca Cola Company mengumumkan, untuk meningkatkan penggunaan kemasan yang digunakan kembali. Dengan meningkatkan penggunaan kemasan tersebut, perusahaan ini ingin mempromosikan ekonomi sirkular.

Dalam laporan Ellen MacArthur Foundation berjudul, “Reuse: Rethinking Packaging”, mengubah 20 persen kemasan plastik global menjadi model penggunaan kembali merupakan peluang bisnis senilai US$10 miliar yang menguntungkan pelanggan dan elemen penting dalam upaya menghilangkan limbah plastik serta polusi.

Oleh karena itu, Coca Cola di tahun 2030 menargetkan sekitar 25 persen kemasannya dijual dalam gelas atau botol plastik yang dapat diisi ulang atau dikembalikan. Termasuk juga wadah yang dapat diisi ulang melalui dispenser Coca-Cola Freestyle.

Tahun lalu, perusahaan ini meluncurkan botol minuman pertamanya yang terbuat dari 100 persen nabati, kecuali tutup dan labelnya. Ini menjadi botol PET daur ulang pertama di dunia yang menggunakan bahan nabati hingga 30 persen.

Namun, sebuah laporan Changing Markets Foundation mengungkapkan, klaim kemasan plastik ramah lingkungan yang dibuat oleh merek besar seperti Coca Cola adalah greenwashing yang menyesatkan. Mereka menyampaikan, klaim Coca Cola mencegat dan menggunakan plastik ocean-bound atau recyclable untuk mengatasi polusi plastik menjadi contoh greenwashing paling umum.

Mengutip Guardian, klaim tersebut memiliki sedikit bukti guna mengaburkan dampak nyata dari plastik.

“Investigasi terbaru kami mengungkap serangkaian klaim menyesatkan dari nama-nama rumah tangga yang seharusnya dapat dipercaya oleh konsumen. Ini hanya puncak gunung es dan sangat penting bagi regulator untuk menangani masalah ini dengan serius,” kata manajer kampanye di Changing Markets Foundation, George Harding-Rolls.

Dia menambahkan, industri dengan senang hari menyombongkan kredensial hijaunya dengan sedikit substansi.

“Di sisi lain, sambil terus melanggengkan krisis plastik. Kami menyerukan greenwashing sehingga dunia dapat melihat tindakan sukarela ini telah menyebabkan pasar jenuh dengan klaim palsu,” tambah George.

Laporan itu menuding Coca Cola telah menghabiskan jutaan dolar untuk mempromosikan inovasi kemasannya adalah 25 persen plastik laut, tetapi tidak menyebutkan, perusahaan itu sebagai pencemar plastik terbesar dunia.

Dilansir dari Ethical Brand Directory, greenwashing ada karena banyak hal yang perlu dilakukan untuk dianggap hijau. Biasanya demi mendapatkan keunggulan kompetitif dan menghindari pengeluaran di area yang memerlukan perhatian dan perubahan radikal.

Greewashing adalah praktik tidak etis yang digunakan oleh perusahaan dan individu untuk menghasilkan lebih banyak uang, memengaruhi hasil, serta mendapatkan kepercayaan.

Praktik ini bekerja dengan mengalihkan perhatian konsumen dari perusakan lingkungan atau penderitaan mengerikan yang disebabkan oleh perusahaan. Untuk mencapainya, perusahaan menggunakan trade-off tersebunyi dan pernyataan tidak jelas atau tidak relevan. Sering kali, mereka tidak memiliki data yang cukup kredibel untuk mendukung klaimnya.