Scroll untuk baca artikel
Kolom

Dampak Elektoral, Berkah Bagi Partai Pendukung Anies Baswedan

Redaksi
×

Dampak Elektoral, Berkah Bagi Partai Pendukung Anies Baswedan

Sebarkan artikel ini
Berkah Bagi Partai Pendukung Anies Baswedan
Anies Baswedan Mengunjungi DPD PDI-Perjuangan Jakarta

Suara partai pendukung Anies bakal melejit. Hal ini berkaca dari pengalaman dua pemilu sebelumnya

Oleh: La Ode Basir

SAMPAI detik ini, Anies Baswedan masih belum memiliki tiket untuk mengikuti kontestasi pada Pilgub Jakarta 2024 ini. Padahal waktu pembukaan pendaftaran calon gubernur dan calon wakil gubernur efektif tinggal menyisakan satu hari lagi.

Bagi masyarakat, Anies terancam tidak mendapatkan perahu sesuatu yang tidak masuk akal secara politik. Di samping berpeluang besar untuk menang karena elektabilitasnya jauh melampui bakal calon lainnya, Anies juga diyakini akan memberikan efek ekor jas (coat tail effect) kepada partai-partai pengusungnya pada Pemilu 2029 mendatang.

Suara partai pendukung Anies bakal melejit. Hal ini berkaca dari pengalaman dua pemilu sebelumnya.

Pada Pemilu 2019 misalnya, partai-partai yang mendukung Anies pada Pilgub Jakarta 2017 mengalami kenaikan suara signifikan sebagai dampak dukungan yang diberikan kepadanya. Terutama kalau kita lihat dalam konteks Jakarta.

Gerindra dan PKS yang mendukung Anies-Sandiaga Uno pada Pilgub Jakarta 2017 lalu misalnya mengalami kenaikan suara pada Pemilu 2019. Kursi Gerindra bertambah 4 menjadi 19 kursi di DPRD DKI Jakarta. Kenaikan suara PKS lebih tinggi lagi, sehingga memiliki 16 kursi dari hasil Pemilu 2014 sebelumnya 11 kursi.

Menariknya, efek elektoral tidak hanya dinikmati Gerindra dan PKS. Tapi juga PAN, yang mendukung Anies-Sandi pada putaran kedua setelah pada putaran pertama mengusung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Bahkan kenaikan suaranya lebih fantastis, melebihi capaian dua partai pendukung utama.

Jumlah kursi PAN di DPRD Jakarta melejit dari 2 menjadi 9 kursi pada Pemilu 2019. Bertambah 7 kursi. PAN pun naik kelas dari papan bawah ke kelas menengah atas bahkan bisa menduduki salah satu kursi pimpinan DPRD DKI Jakarta.

Demikian pula pada Pemilu 2024. Anies yang maju sebagai calon presiden juga memberikan efek positif terhadap kenaikan suara tiga partai pengusungnya. Yaitu, PKS, NasDem, dan PKB. PKS berhasil menambah 2 kursi sehingga menjadi pemenang pemilu di Jakarta dengan raihan 18 kursi.

Kenaikan NasDem lebih tinggi lagi, bertambah 3 kursi sehingga kini memiliki 10 kursi di Kebon Sirih, sebutan DPRD DKI Jakarta.

Di antara ketiga partai pengusung Anies itu, memang PKB yang paling mendulang kenaikan suara. Suara PKB naik 100 persen sehingga kursinya di DPRD DKI Jakarta menjadi 10 dari sebelumnya 5 kursi.

Bahkan pada Pemilu 2024 ini, partai berbasis massa nahdliyin ini mencetak sejarah untuk pertama kalinya berhasil mengantarkan kadernya ke DPR RI dari dapil Jakarta. Malah sukses mengamankan dua kursi sekaligus.

Karena PKB juga meraih kenaikan suara pada tingkat nasional secara signifikan, sehingga mengalami penambahan 10 kursi di DPR RI. Hal yang sama juga dialami Partai NasDem, perolehannya di Senayan bertambah 10 kursi.

Sebaliknya partai-partai politik yang tidak mendukung Anies terus mengalami penurunan. Karena menunjukkan penolakan yang begitu kuat kepada Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 tersebut.

PDIP misalnya. Partai berlambang kepala banteng bermuncung putih ini merupakan pendukung utama Basuki T. Purnama-Djarot Saiful Hidayat pada Pilgub Jakarta 2017, lawan tanding Anies paling ketat hingga putaran kedua. Kegagalan memenangkan Ahok membuat perolehan suaranya berkurang pada Pemilu 2019. PDIP kehilangan tiga kursi di DPRD Jakarta.

Oposisi yang keras terhadap Pemprov Jakarta di bawah kepemimpinan Anies semakin membuat PDIP kehilangan lebih banyak kursi lagi pada pemilu berikutnya. Tidak tanggung-tanggung, PDIP kehilangan 10 kursi pada Pemilu 2024 kemarin, sehingga tidak lagi membuatnya juara seperti dua pemilu sebelumnya.