Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Dari Indie Sampai Keroncong: Rekomendasi Musik Sambut Krisis Ekonomi

Redaksi
×

Dari Indie Sampai Keroncong: Rekomendasi Musik Sambut Krisis Ekonomi

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Dunia sedang berubah, termasuk jagat musik juga berubah. Paling tidak, karena wabah, banyak orang mengubah kebiasaan dan selera musiknya. Namun itu bukan kenyataan baru. Dalam catatan Giovanni Boccaccio, pada tahun 1348 di Inggris, ia menyaksikan bagaimana musik menjadi pelarian banyak orang ketika kematian nyaris sulit mereka hindari.

Mereka yang belum tertular wabah hitam, mereguk sisa kenikmatan hidup dengan bernyanyi sepuas hati dan bersuka-suka selagi sempat. “Dan ini menjelaskan kenapa kaum perempuan yang berhasil sembuh dari wabah itu akhirnya tidak sealim dulu lagi,” kata Boccaccio.

Musik juga mengiringi kesulitan manusia Amerika semasa Depresi Besar, 1930-an. Saat orang-orang dikacuk kehidupan yang keras, mereka memilih berdansa lewat lagu-lagu Count Basie, Duke Ellington, Benny Goodman, dan Tommy Dorsey. Konon dengan begitu mereka akan lupa pada kesedihan. Dalam bahasa orang sana, you can’t be sad and dance at the same time.

Kecenderungan yang sama terjadi sekarang. Dengan musik, orang ingin melupakan bahwa ada entitas mikroskopik yang senantiasa mengancam nyawa mereka. Dan dari kecenderungannya, musik yang kondusif dengan aktivitas dalam-rumah makin diminati.

Mengutip Busines Insider, terjadi peningkatan jumlah pencarian atas musik santai dan bertempo lambat di Spotify. Sejalan halnya musik akustik, musik bertema anak, ataupun musik instrumental. Dan dari sekian banyak pilihan, kami merangkum karya beberapa musikus yang barangkali cocok bagi kesehatan jiwa Anda.

Ary Juliyant

Sebagian Anda kemungkinan baru tahu namanya. Tapi, Ary Juliyant bukan musikus sembarangan, dan Anda tidak akan menyesal mendengar musiknya. Apalagi rasanya materi-materi Ary Juliyant ramah terhadap telinga siapapun. Ia sering disebut sebagai Presiden Musik Indie, meski ia sendiri menolak sebutan itu. Jauh sebelum Pas Band meluncurkan Four Through The Sap tahun 1993, (yang dianggap sebagai album indie pertama di Indonesia), Ary Juliyant sudah melakukannya. Ia menelurkan album atas inisiasi sendiri bahkan sejak 1988.

Sundari Soekotjo

Meski dalam bayang-bayang Covid-19, kita selalu punya kesempatan membangun nuansa damai di dalam rumah. Menyetel lagu keroncong Sundari Soekotjo bisa jadi ialah langkah awal yang bagus. Coba dengarkan “Bandar Jakarta” versinya. Akan terasa betapa suara sendu dan kemampuan Sundari Soekotjo mencengkok nada-nada keroncong secara dalam dan terperinci, bisa membuat hari-hari pendengarnya lebih baik.

Shakila

Anda sudah putus asa membaca berita Indonesia terancam resesi? Coba baca beritanya sambil mendengar Shakila. Tentu Anda masih akan tetap putus asa, tapi itu lumayan memberi perbedaan. Suara merdu Shakila bisa membuat Anda sedikit berjarak dengan rasa putus asa. Bahkan mungkin, di antara keberjarakan itu Anda bisa menemukan harapan, bahwa, keadaan ekonomi sekarang tidak akan mengarah ke gerbang kenistaan bernama resesi. Dalam lagu ‘Lukisan Pagi’, Shakila dengan cemerlang berduet bersama Tohpati. Dan lagu itu adalah kata lain dari ajakan romantis untuk mengapresiasi kehidupan.

Didi Kempot

Semua orang tahu Didi Kempot telah melakukan apa yang tidak bisa dilakukan musikus lain. Lord Didi, begitu ia disapa, mengalami dua kali masa puncak musikalitas, ketika musikus lain pada umumnya ‘sekali berarti lalu mati’. Mungkin, kedigdayaan itu masih akan berlaku sampai satu generasi ke depan. Dalam pengakuan Menteri Keuangan Sri Mulyani belum lama ini, ketika Bu Menteri jumud dan stres menghadapi pandemi virus Corona, Anda tebak, ia mendengar musik Didi Kempot.


Penulis: Ananta Damarjati

Editor: Ananta Damarjati