Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Dari Kisah Charlotte

Redaksi
×

Dari Kisah Charlotte

Sebarkan artikel ini

Anak saya, Rakai, tak sampai dua minggu, sukses menamatkan isi buku ini, Charlotte’s Web karya E. B. White. Sungguh spektakuler (setidaknya buat saya), bungsu saya itu bisa jadi pembaca tekun, mengingat sebelumnya dan sampai hari ini, Rakai sama sekali tak bersentuhan dengan dunia sekolah. Ia belajar mandiri di rumah bersama saya dan istri. Termasuk belajar menyuntuki buku.

Charlotte’s Web merupakan karya sastra anak Amerika, terbit tahun 1952, berkisah tentang seekor babi mungil, Wilbur, yang dicintai oleh seorang gadis kecil, Fern, dan berteman karib dengan laba-laba, Charlotte.

Tersebut dalam kisah, Fern menyelamatkan Wilbur dari usaha penyembelihan yang dilakukan ayahnya, Arable. Sang ayah sangat tak mengharap Fern bakal terlampau sayang kepada hewan kerdil dan tampak tak berharga itu. “Andaikan tubuhku kecil, apakah Ayah juga akan memotongku?” protes Fern.

Syahdan, demi sang putri, Wilbur tak jadi disembelih, tapi tetap harus dijauhkan dari keseharian Fern. Dan pilihannya adalah menitipkan Wilbur kepada Zuckerman, masih kerabat dekat Fern.

Namun, di tempat barunya, di kandang Zuckerman, Wilbur tesergap perasaan sepi dan rindu kepada Fern. Wilbur telah berusaha mengakrabi  kuda, angsa, domba, dan yang lain, tapi mereka tak berselera berteman dengannya. Akhirnya, Wilbur hanya bisa pasrah berkawan sepi dan rindu.

Hingga datanglah Templeton, tikus pemulung, ke kandang Wilbur. Wilbur pun berbunga-bunga, dan perasaannya kian menanjak, tatkala laba-laba yang menempel di langit-langit kandang menyapa, serta bersetia karib dengannya. Kerinduan dan kesepian tereliminasi. Sang babi mungil itu berkarib dengan Templeton, tikus pemulung, dan Charlotte, sang laba-laba. 

Cerita klasik ini pun terus mengalir dan makin mengharu-biru perasaan pembaca, tatkala Wilbur hendak dijadikan daging asap pada perayaan Natal. Charlotte, sang laba-laba cerdas, seakan menggantikan peran Fern, bersikukuh menyelamatkan Wilbur.

“Charlotte, kamu serius akan mencegah mereka membunuhku?” tanya Wilbur.

“Aku tak pernah lebih serius lagi dari itu sepanjang hidupku. Aku tak akan membiarkanmu mati, Wilbur.” jawab Charlotte meyakinkan.

Charlotte pun hari demi hari menggantung tak bergerak di tempatnya. Ia berpikir keras bagaimana menyelamatkan nyawa Wilbur. Hingga ide cemerlang itu singgah di benaknya.

“Ya ampun, betapa sederhananya!” kata Charlotte kepada dirinya sendiri.

“Cara menyelamatkan nyawa Wilbur adalah dengan memainkan muslihat terhadap Zuckerman. Kalau aku bisa mengelabui serangga, aku pasti bisa mengelabui manusia. Manusia tak sepandai serangga!”