Khususnya, bagi kaum perempuan, setelah refleksi umumnya masih akan mengalami kesakitan. Menurut Yenni, kondisi tersebut disebut dengan istilah “jarem”.
Walaupun berbakat, Yeni bukan tipe orang yang pelit ilmu. Ia menjelaskan satu per satu kondisi kesehatan dengan rinci mulai dari kekurangan hingga kelebihan organ dalam tubuh pasiennya.
“Jadi kalau di sini sakit, artinya kurang minum. Kalau yang bagian ini, kurang istirahat,” ujarnya saat sedang merefleksi pasiennya.
Perempuan yang tinggal di wilayah Jakarta Barat ini biasanya menerima panggilan dua hari sebelumnya. Sebab, untuk menghindari jadwal bentrok dengan pasien lainnya.
“Saya pernah memberi terapi bagi pasien kanker. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, pasien saya itu sembuh dan tidak perlu cuci darah lagi,” tutur Yenni.
Sudah dua tahun terakhir, ia menjalani profesinya ini. Berkat kepiawaiannya, beberapa pasiennya bahkan berasal dari kalangan akademisi hingga politisi.
Sistem marketing Yeni mouth-by-mouth. Setelah pasiennya merasa puas, mereka akan menyebarkan informasi tentangnya kepada orang lain.Yeni tidak pernah mematok harga untuk jasa refleksinya. Seikhlasnya saja, kata Yenni ketika ditanya tarif refleksinya tersebut.
Keikhlasan dan perjuangan Yeni patut diacungi jempol. Sebab, meski, begitu banyak problema kehidupan yang dialami, tak pernah sekali pun, Yeni mengeluh dan menjual cerita tersebut untuk meraih simpati orang lain. Justru, ia menunjukkan dengan cara bekerja keras.
Tetaplah berjuang dan menginspirasi banyak orang. [rif]