Scroll untuk baca artikel
Blog

Di Balik Pujian Gibran ke Anies

Redaksi
×

Di Balik Pujian Gibran ke Anies

Sebarkan artikel ini

Meski masih tiga tahun lagi, geliat politik menuju kontestasi elektoral 2024 sudah terasa. Partai-partai politik sudah memanaskan mesin sambil mengelus-elus jagoannya sebagai kandidat calon presiden. Sejumlah pihak sepertinya sudah melakukan kalkulasi dan pemetaan politik. Beberapa pengamat dan lembaga survei tidak mau ketinggalan, turut menyemarakan dengan tendensi dan kepentingan masing-masing.

Nama-nama yang diunggulkan sebagai kandidat capres pun sepertinya sudah fix. Sebut saja Ketua Umum partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR Puan Maharani, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Jika pun dipaksakan masih ada Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Namun nyatanya konstelasi politik masih sangat cair. Ini terbukti ketika Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka melontarkan pujian kepada Anies Baswedan yang disebutnya sebagai role model atau percontohan bagi dirinya dalam penanganan pandemi Covid-19.

Prestasi Anies dan jajaran Forkominda di Jakarta dalam mengejar target capaian penurunan kasus Coid-19 dan vaksinasi memang luar biasa. Jakarta mampu memenuhi target vaksinasi yang dibebankan Presiden Joko Widodo dalam tempo singkat dan bahkan tembus di atas 100 persen.

Padahal seperti halnya di daerah lain, dan bahkan di seluruh dunia, banyak kelompok masyarakat yang enggan divaksin karena berbagai alasan semisal terpengaruh hoaks, anjuran pihak lain yang lebih dipercaya, atau terkait dengan kepercayaan.

Pujian Gibran yang segera dibalas dengan pujian serupa oleh Anies, ternyata mampu membuat goyah tatanan politik yang dianggap sudah fix. Muncul banyak spekulasi yang dikaitkan dengan Pilkada DKI dan juga Pilpres 20204. Contohnya ada yang mengartikan sebagai sinyal Gibran akan melanjutkan karir politiknya di Jakarta sehingga “membutuhkan” dukungan Anies agar dapat meraih simpati warga Jakarta.

Bahkan ada yang mencoba melontar wacana duet Anies – Gibran untuk Pilpres 2024. Wacana ini menarik karena akan “menyelesaikan banyak hal” terutama yang berkaitan dengan pembelahan politik antara kubu nasionalis dan agama sekaligus menyatukan pendukung Jokowi dan Prabowo yang sempat terlibat friksi cukup tajam jelang Pilpres 2019 lalu. Masuknya Prabowo ke kabinet Jokowi ternyata tidak mampu mengikis “permusuhan” pendukung kedua kubu.

Gibran sepertinya tengah menyampaikan pesan tersembunyi. Pujian terhadap Anies yang disampaikan Gibran secara terbuka jelas tamparan hebat di tengah masifnya upaya dan nyinyiran pihak-pihak yang selalu mendiskreditkan kinerja Anies. Bisa juga dimaknai sebagai cara Gibran untuk menyampaikan pesan dirinya tidak berada dalam gerbong yang sama dengan kelompok-kelompok yang mengambil keuntungan politik dari caci-maki dan hujatan terhadap Anies.

Apa pun motivasinya, pesan apa pun yang hendak disampaikan, keberanian Gibran memaparkan fakta yang sebenarnya tentang kinerja Anies dalam penanganan Covid-19 patut diapresiasi. Pasalnya yang selama ini oleh lawan-lawan politiknya ditutupi, bahkan diputar balik melalui buzzer dan politik karangan bunga.

Publik Jakarta tentu masih ingat siapa yang biasa memperalat karangan bunga untuk menghujat Anies sejak kemenangannya dalam kontestasi Pilgub Jakarta 2017/. Politik kotor yang dimainkan cukong-cukong yang sakit hati karena kekalahan jagoannya, cukong-cukong yang pernah bermimpi menjadikan Jakarta sebagai Singapura kedua dalam hal politik.