Scroll untuk baca artikel
Blog

Dipecat – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Dipecat – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

Mendengar penerimaan ustad Kandar dan keluarganya yang sedemikian itu, suasana forum sidang sontak seperti berbalik arah.  Jamaah terheranheran mengapa ustad kandar seperti tak ingin membela diri barang sepatah katapun.  Emak-emak yang semula paling ngotot agar ustad Kandar dipecat mendadak seperti kerbau yang lupa jalan pulang ke kandang.  Demikian pula dengan anggota takmir masjid yang kehadirannya di masjid bisa dihitung dengan jari.

“Apakah ustad kandar memahami keputusan rapat jamaah ini?” ucap ketua penasehat takmir sembari menghela nafas panjang.  Lelaki yang sudah berusia lanjut itupun tidak menduga jika ustad Kandar begitu pasrah dan tak membela diri sepatahkatapun.

“Dengan sepenuh kesadaran Saya sangat memahami dan menerima keputusan pemecatan ini dengan lapang dada sekaligus menerima segala konsekuensinya,” jawab Kandar yang selanjutnya juga tidak ingin dipangggil lagi dengan sebutan ustad.  Selanjutnya ia ingin dipanggil Kandar begitu saja.

“Apakah ustad eh maksudn Saya Pak Kandar ingin menyampaikan sesuatu kepada kami dan para jamaahyang hadir di sini?” tanya kembali ketua penasehat takmir dengan hati-hati.  Dalam hati lelaki tua itu sungguh sangat ingin mendengar langsung sekaligus penasaran dengan alasan Kandar melarang menghidangkan makanan untuk berbuka puasa di masjid itu.

“Kalau memang diperbolehkan Saya akan mengatakan sesuatu.  Ini bukan pembelaan Saya tetapi hanya sekedar berbagi pemikiran,” jawab Kandar dengan rendah hati sambil memperhatikan satu per satu raut wajah peserta yang hadir di sidang tersebut.  Dan setiap orang yang dipandang oleh Kandar memberi isyarat agar Kandar segera saja menyampaikan pemikirannya.  Sejenak suasana menjadi senyap.  Masing-masing larut dalam pikirannya sendiri-sendiri sembari menunggu omongan Kandar.  Kandarpun terlihat terdiam.  Mungkin ia juga disergap kebingungan hendak darimana memulainya.

“Kalau bapak dan ibu berpuasa itu khan sudah punya niat dan rencana untuk berbuka.  Jadi mengapa takmir masjid menyediakan makanan untuk berbuka?”  kata Kandar memulai penjelasannya.  Terlihat para hadirin manggut-manggut mendengar penjelasan Kandar.

“Selain itu bapak dan ibu dalam berpuasa itu memang menyengaja untuk berpuasa bukan karena tidak ada makanan apalagi tak memiliki simpanan makanan untuk jangka waktu tertentu,” sambung kandar lagi.  Dan reaksi hadirin masih sama seperti tadi.  Manggut-manggut saja.  Entah karena paham atau tidak mengerti dengan omongan Kandar.  Yang tahu persis mestinya ya mereka sendiri saja.