Barisan.co
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Khazanah

Gus Baha: Dua Model Umat Islam Menyikapi Keadaan

:: Redaksi
28 Juli 2020
dalam Khazanah
Gus Baha

Bahaudin Nur Salim (Gus Baha)

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

DUA TIPE

Oleh: Supardi Kafha


Barisan.co – Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) menuturkan, ada dua model umat Islam dalam menyikapi keadaan, sebagaimana teladan dari Sayid Hasan dan Sayid Husein.

Hasan dan Husein merupakan keturunan Nabi saw lewat jalur Fatimah ra. Kita tahu bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah, putri Nabi saw setahun setelah hijrah ke Madinah. Sayidina Ali berusia 20 tahun, sedang Sayidah Fatimah berusia 15 tahun. Nah, dua cucu Nabi saw tersebut menjadi simbol: kompromi demi kebaikan umat, dan berani mati demi kebenaran.

BACAJUGA

Lebih dari 200 Kiai NU Jatim Usulkan Lima Nama Cawapres ke Anies Baswedan

Lebih dari 200 Kiai NU Jatim Usulkan Lima Nama Cawapres ke Anies Baswedan

10 Agustus 2023
Berusaha Jadi Wara

Berusaha Jadi Wara

25 Juli 2023

Sayid Hasan memilih jalur kompromi ketika berhadapan dengan Muawiyah, supaya tak jatuh korban sia-sia. Hasan, yang oleh sebagian umat Islam, didorong untuk menggantikan ayahnya, Sayidina Ali, menjadi khalifah.

Namun, hak beliau untuk menjadi khalifah itu diserahkan pada Muawiyah, yang memang bernafsu untuk berkuasa usai melawan pemerintahan sah Sayidina Ali. Alhasil, pada era tersebut kepemimpinan Islam tunggal dipegang oleh Muawiyah yang kemudian dikenal dengan Bani Umayyah, yang berpusat di Damasyik di Syiria.

Kita baca sejarah, kepemimpinan Muawiyah berikut Yazid itu berbeda dengan tradisi Khulafaur Rasyidin. Masa kepemimpinan empat sahabat utama Nabi saw tersebut tercatat sebagai puncak kegemilangan Islam. Namun begitu beralih kekuasaan Sayidina Ali bin Abi Thalib kepada Muawiyah, mulai tahun 661, adalah peralihan bentuk pemerintahan, dalam khazanah modern bisa dibilang demokrasi, berbasis kecakapan memimpin menjadi sistem kekhalifahan monarki. Dan, peralihan sistem itu pun melalui tragedi berdarah. Syahdan, Muawiyah memimpin kekuasaan yang entah tak jelas mandat dari mana atau siapa.

Sayid Hasan berhitung, meski pemerintahan Muawiyah itu buruk dan ilegal, jika dilawan akan sama artinya dengan pertumpahan darah sesama umat. Beliau takut berdarah-darah yang bakal mendera umat Islam. Oleh karenanya, beliau memilih berkompromi dengan Muawiyah.

Berbeda Sayid Husein. Beliau memilih untuk mengambil haknya. Beliau berpendirian bahwa pemerintah zalim mesti dilawan. Beliau berkeyakinan bahwa umat harus melakukan perubahan. Umat jangan sampai mendiamkan kemungkaran. Kebenaran harus diomongkan terus. Yazid, anak Muawiyah, tidak terima hingga terjadilah tragedi di padang Karbala, terpenggalnya kepala Sayid Husein oleh pasukan Yazid.

“Siapa melihat kezaliman dan tidak mengambil langkah, itu pasti masuk neraka.” Begitu penggalan pidato Sayid Husein sebelum menemu ajal di Karbala, yang dikupas oleh Gus Baha.

“Lho penting, maksiat kita omongkan terus.” jelas Gus Baha tentang dakwah yang beribrah Sayid Husein.

“Contoh begini: zina itu akan terus dinilai jorok, itu berkat omongan terus-menerus bahwa anak zina disebut anak jadah (haram). Atau pezina disebut ‘lonthe’. Bayangkan, seumpama istilah (lonthe) itu dikamuflase menjadi ‘wanita harapan’, maka lambat laun tidak akan ada penjorokan atas sesuatu yang jorok sebagai jorok. Nah, ke depan era cucu kita, kemungkinan hukum berubah, karena penghalusan tersebut, yang akhirnya lupa hakikat zina.”

Penghalusan-penghalusan istilah, yang seolah indah dan baik, tapi justru menyesatkan. Seperti “mengakali” kita sebut “seni berdiplomasi”; “membujuk” diperhalus menjadi “seni berpolitik”; dan seterusnya.

Matinya Sayid Husein adalah simbol bahwa siapa saja boleh berani mati demi kebenaran. Sayid Husein menentang kebijakan kakaknya, Sayid Hasan, bahwa yang “haq” adalah “haq”, meski nyawa taruhannya. Sayid Hasan melihat kompromi itu lebih baik ketimbang prahara, lebih membawa maslahat bagi Islam ketimbang tragedi. Berkompromi adalah pilihan demi menjaga persatuan umat.

“Mungkin Muawiyah yang salah, dan yang berhak itu saya. Namun, karena saya ingin umat ini baik-baik saja, dan menjaga umat dari pertumpahan darah, maka hak khalifah saya serahkan kepada Muawiyah.” Pidato Sayid Hasan.

Berkat pilihan beliau, tahun-tahun itu disebut tahun persatuan. Sebab pemerintahan Sayid Hasan total dihapuskan, dilebur menjadi satu dengan kekuasaan Muawiyah. Sekira tak bergabung, akan terbit kubu-kubuan. Kubu Hasan bertempur dengan kubu Muawiyah. Dan, yang demikian sungguh tak diinginkan oleh cucu nabi yang sedemikian lembut itu.

“Nah, yang diikuti oleh kiai-kiai Indonesia itu Sayid Hasan!” terang Gus Baha.

Memang demikian faktanya. Umumnya ulama atau kiai banyak yang lahir dari rahim Muhammadiyah atau NU. Kita mafhum, organisasi masa Islam yang terbukti menjaga persatuan umat adalah Muhammadiyah dan NU. Keduanya menjadi arus utama pola keberislaman moderat, pilihan yang dulu diambil oleh Sayid Hasan. Tidak ekstrem.

Begitulah, dua simbol kebenaran yang sama-sama dibutuhkan umat. Sayid Hasan memilih kompromi demi kestabilan umat Islam. Sayid Husein memilih mati demi tegaknya kebenaran. Kedua beliau itu adalah wajah “wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin”, dan hidupku serta matiku hanyalah untuk Allah Tuhan seluruh alam. Hidup dan mati demi Tuhan.


Ungaran, 27/07/2020; 17. 56

Editor: Lukni

Topik: Ali bin Abi ThalibGus Baha
Bagikan2Tweet1Send
Redaksi

Redaksi

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Tantangan dan Kritik terhadap Bank Syariah Era 2000-an: Perspektif Penggunaan Uang Kertas vs Dinar dan Dirham
Khazanah

Tantangan dan Kritik terhadap Bank Syariah Era 2000-an: Perspektif Penggunaan Uang Kertas vs Dinar dan Dirham

27 September 2023
Syair Tentang Cinta Mahalul Qiyam
Khazanah

Syair Tentang Cinta Mahalul Qiyam, Menyambut Kedatangan Rasulullah

24 September 2023
kitab maulid
Khazanah

6 Kitab Maulid Paling Populer, Dibaca Menyambut Hari Kelahiran Nabi Muhammad

21 September 2023
Kaidah Jual Beli Online
Khazanah

Kaidah Jual Beli Online, Berikut Perlu Diketahui Pedagang Online dan Pembeli

18 September 2023
angka 30
Khazanah

Angka 30 Bermakna Keadilan, Inilah Penjelasannya dan Menurut Islam

30 Agustus 2023
syair abu nawas
Khazanah

Lirik Al-I’tiraf, Syair Abu Nawas Tentang Pertaubatan

6 Agustus 2023
Lainnya
Selanjutnya
Akankah Gibran Mulus Melangkah?

Akankah Gibran Mulus Melangkah?

KPU Rembang

Saling Sinergi, KPU Rembang Gelar Sosialisasi Tahapan dan Pencalonan Pemilihan Bupati

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Kereta Whoosh
Berita

Kereta Whoosh Bakal Diresmikan 1 Oktober, Kapan Balik Modal?

:: Ananta Damarjati
28 September 2023

Faisal Basri menyebut proyek ini ‘mustahil’ balik modal bahkan sampai kiamat. BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo bakal meresmikan pengoperasian Kereta...

Selengkapnya
psikosomatis

Mengenal Psikosomatis, Ciri dan Cara Mengatasinya

28 September 2023
Gawai Jadi Barang Populer, Pangsa Pasar Luas dan Terus Berkembang, ini Datanya

Gawai Jadi Barang Populer, Pangsa Pasar Luas dan Terus Berkembang, ini Datanya

28 September 2023
KAHMI Kota Makassar

Milad ke-57 KAHMI Kota Makassar, Tamsil Linrung: Alumni Harus Aktif Termasuk Bidang Politik

28 September 2023
Kawal Suara TPS, Tim 100 Bakorsi Depok Dikukuhkan

Kawal Suara TPS, Tim 100 Bakorsi Depok Dikukuhkan

28 September 2023
Persepsi dan Literasi Masyarakat terhadap Asuransi Kesehatan

Persepsi dan Literasi Masyarakat terhadap Asuransi Kesehatan

28 September 2023
4 Manfaat Datang Tepat Waktu

4 Manfaat Datang Tepat Waktu

28 September 2023
Lainnya

SOROTAN

Makam Diponegoro
Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

:: Ananta Damarjati
25 September 2023

Pengambilan keputusan terkait pemindahan makam seorang pahlawan harus melibatkan kajian yang mendalam. SULIT sekali membayangkan Indonesia tanpa makam Pangeran Diponegoro....

Selengkapnya
Perusahaan Koperasi

DIVVY: Keunggulan Sistem Perusahaan Koperasi

24 September 2023
Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

22 September 2023
Apakah Keuntungan Itu

Apakah Keuntungan Itu?

21 September 2023
Oligarki yang Menagih Hutang

Masa Lalu, Masa Depan, dan Oligarki yang Menagih Hutang

21 September 2023
Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

20 September 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang