Ketahuilah olehmu, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau
BARISAN.CO – Kitab suci Al-Qur’an menyebut dunia hanyalah permainan dan sendau gurau belaka. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam surah al-Hadid ayat 20:
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ
Artinya: “Ketahuilah olehmu, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megahan antara sesama kamu, berlomba mengumpulakn harta kekayaan dan anak-anak.” (QS. Al-Hadid: 20).
Ini bukan sekadar ibarat, namun barangkali merupakan suatu sikap yang harus ada pada umat Islam. Sehingga muncul ajaran tasawuf dalam menyingkapi dunia ini yakni sikap zuhud.
Zuhud dapat diartikan sebagai memalingkan muka dari keduaniaan yang berlebih-lebihan dan menghapus rasa cinta harta benda di dalam hati yang tidak ada hubungannya dengan akhirat. Dengan kata lain zuhud adalah tidak terlalu menghiraukan dunia.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang zuhud, beliau menjawab: “Zuhud ialah hendaklah kamu tidak terpengaruh dan iri hati terhadap orang-orang yang serakah terhadap keduniaan, baik dari orang mukmin atau dari orang kafir.”
Ajaran tasawuf dijelaskan bahwa Allah Swt telah merendahkan kedudukan dunia dan telah menamakannya dengan berbagai nama yang belum pernah dinamakan oleh orang.
Rasulullah bersabda:
Dari Zaid bin Tsabit Ra beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah Saw bersabda:
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).“ (HR Ibnu Majah/4105), Ahmad/5/183, ad-Daarimi/229), Ibnu Hibban/680)
Karena itu bagi orang yang berfikiran waras akan merasa malu di hadapan Allah Swt ketika Dia melihatnya dalam keadaan berfoya-foya-foya, bermegah-megahan dan berlomba-lomba menumpuk harta kekayaan.
Padahal semestinya ia sadar, bahwa dunia ini adalah sekadar permainan dan penuh tipu muslihat.
Lebih dari itu, dunia ini juga termasuk ruang bagi hawa nafsu dan segala keinginannya. Hal ini bisa dibuktikan sendiri oleh manusia.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Ali-Imran ayat 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
Artinya: “Telah dihiaskan bagi manusia mencintai syahwat terhadap wanita, anak-anak, banyak-banyak mengumpulkan emas dan perak, kuda yang tangkas, binatang ternak dan sawah ladang, itulah kemewahan hidup di dunia dan disisi Alah lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali-Imran: 14)
Semua yang disebut dalam firman Allah diatas tadi adalah merupakan perkara-perkara yang dituntut oleh hawa nafsu untuk dikecap kelezatannya. Sesudah itu akan jinak nafsu itu dari mengingat akhirat dan ancamannya.
Sebab apabila seorang hamba itu sudah mau meninggalkan apa yang diingini oleh hawa nafsu. Maka sesungguhnya ia telah mau meninggalkan dunia.