BARISAN.CO – Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap capital market akan mainstream dan akan memberikan pengaruh sumber pendanaan untuk ekonomi hijau, Selasa (16/11/2021).
Sri Mulyani meminta pasar modal untuk memainkan perannya memperbanyak sumber-sumber pembiayaan hijau dalam rangka mengatasi ancaman perubahan iklim.
“Salah satunya dengan memberikan dukungan pada program penanaman kembali mangrove atau mendukung proyek-proyek transisi energi,” terangnya.
Menurut Sri Mulyani dalam pengembangan carbon ini buat memulai pasar karbon. Kita dalam hal ini tergantung pada Bursa Efek Indonesia untuk menjadi platform. Sehingga perdagangan karbon jadi lebih kredibel dan diakui oleh dunia internasional.
“Dukungan secara regulasi nasional dan hubungan global sangat diperlukan untuk menjaga kemurnian Indonesia dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini sebagai wujud Indonesia dalam forum global dan kalisi menteri keuangan dunia yang memiliki konsen terhadap ancaman perubahan iklim,” lanjutnya.
Ketua Fraksi PAN MPR RI, Jon Erizal mengatakan nilai Ekonomi Karbon menjadi penting karena dapat mendorong investasi hijau, mengatasi celah pembiayaan perubahan iklim, menjadi peluang penerimaan negara, mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan mendorong internalisasi biaya ekstenalitas.
“Potensi pendapatan Indonesia dari perdagangan karbon cukup menjanjikan yakni sebesar USD 565,9 miliar atau Rp8.000 triliun,” sambungnya dalam acara diskusi publik dengan tema Tantangan dan Peluang Ekonomi Indonesia Serta Bauran Kebijakan dalam Menghadapi Issue Carbon Trading, Senin (15/11/2021).
Jon melanjutkan bahwa Indonesia memiliki hutan tropis ketiga di dunia dengan luas area 125,9 juta hektar yang mampu menyerap emisi karbon 25,18 miliar ton. Luas area hutan mangrove Indonesia mencapai 3,31 juta hektar yang mampu menyerap emisi karbon sekira 950 ton karbon per hektar atau setara 33 miliar karbon untuk seluruh hutan mangrove.
“Indonesia juga memiliki lahan gambut terluas di dunia sebesa 7,5 juta hektar, mampu menyerap emisi karbon mencapai 55 miliar ton. Total emisi karbon yang mampu diserap Indonesia kurang lebih sebesarr 113,18 gigaton,” terangnya
Menurut Jon, jika pemerintah dapat menjual kredit karbon seharga USD 5 di pasar karbon, maka potensi pendapatan Indonesia mencapai USD 565,9 miliar atau Rp8.000 triliun.
“Pemerintah dapat melakukan usaha-usaha signifikan dan merencanakan transisi ke ekonomi hijau dan terbarukan dengan cara meningkatkan inovasi dan implementasi teknologi,” lanjutnya.
Peneliti INDEF Eisha M Rachbini mengatakan global warming dengan peningkatan suhu ekstrim yang menjadi semakin tinggi dan terjadinya banyak bencana alam sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas ekonomi dan eksploitasi sumber daya alam.
“Terutama oleh bahan bakar berbasis biofuel. Diprediksi, kenaikan suhu bumi pada akhir abad 21 dapat mencapi 5 derajat Celsius melalui NDCs (Nationally Determined Contribution),” sambungnya.
Upaya mengurangi dampak buruk lingkungan telah diupayakan dengan Paris Agreement yang menargetkan global warming di bawah 1,5 derajat Celsius, melalui NDCs. Begitu pula The Emission Gap Report (UNEP,2021) memprediksi kenaikan suhu bumi 2,7 derajat Celsius pada 2100 jika mitigasi masing-masing rencana melalui NDCs dilakukan on the track.
Sayangnya, menurut Eisha seiring bejalannya waktu ternyata mitigasi terhadap global warming berjalan amat lambat. Pertumbuhan ekonomi semakin tinggi tapi juga aktivitas ekonomi semakin banyak yang mengesampingkan efek buruk terhadap lingkungan.