Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Ekonomi Indonesia Diprakirakan Belum Pulih Tahun 2022 [Bagian Dua]

Redaksi
×

Ekonomi Indonesia Diprakirakan Belum Pulih Tahun 2022 [Bagian Dua]

Sebarkan artikel ini

APBN 2022 menargetkan penurunan tingkat kemiskinan hingga di kisaran 8,5 – 9,0%. Jika target ini tercapai, memang telah lebih baik dari kondisi tahun 2019. Namun, target terkesan kurang realistis berdasar rata-rata laju penurunan sebelum pandemi.

BPS sebenarnya biasa menyajikan data tentang jumlah penduduk miskin menurut statusnya. Basis pengelompokan tetap memakai garis kemiskinan (GK) sesuai bulan dan tahun bersangkutan. Jika yang umum dikenal hanya ada dua kelompok, yaitu miskin jika pengeluarannya di bawah GK dan tidak miskin jika di atas GK.

Pengategorian BPS dalam hal status status kemiskinan menjadi empat kelompok yaitu: kelompok Sangat Miskin dengan ukuran kurang dari 0,8 GK; kelompok Miskin dengan ukuran mulai dari 0,8 GK sampai kurang dari 1 GK; kelompok hampir miskin dengan ukuran mulai dari 1 GK sampai kurang dari 1,2 GK; dan kelompok Rentan Miskin Lainnya dengan ukuran mulai dari 1,2 GK saampai kurang dari 1,6 GK.

Data semacam ini dipublikasi BPS sejak tahun 2012, berhubungan erat dengan kebutuhan data bagi program perlindungan sosial dari Pemerintah. Pertimbangan utamanya adalah agar tersedia data awal tentang 40% kelompok berpendapatan terbawah, yang pada tahun 2012 cukup tercermin dari ukuran atau batasnya berupa 1,6 kali lipat GK. Artinya lebih tinggi dari sekadar kategori miskin atau satu kali GK. 

BPS hanya menyediakan data dimaksud untuk kondisi Maret pada tahun bersangkutan, antara lain karena jumlah sampel keluarga dalam survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS). Sampel Susenas bulan Maret  mencapai 300 ribu rumah tangga, jauh lebih banyak dibanding bulan September yang hanya di kisaran 75 ribu rumah tangga. 

Pada Maret tahun 2019, BPS mengumumkan jumlah penduduk miskin sebanyak 25,14 juta orang, dengan ukuran GK nasional sebesar Rp340.200. Jika dilihat berdasar status, empat kelompok penduduk miskin masih sebanyak 91,90 juta orang. Ukurannya adalah 1,6 kali lipat GK atau sebesar Rp680.400.

Sayangnya, BPS justeru tidak mengumumkan kondisi tahun 2020 dan belum memublikasi kondisi tahun 2021. Padahal, kondisinya kemungkinan besar memburuk signifikan akibat pandemi. Sangat mungkin jumlahnya mencapai 100 juta orang pada tahun 2020, mengingat yang miskin saja telah bertambah hampir 3 juta orang.

Bagian tulisan selanjutnya akan membahas tentang perkembangan kredit oleh perbankan selama tahun 2020 dan 2021, serta propeknya pada tahun 2022. Kondisinya juga memperkuat kesimpulan bahwa pemulihan ekonomi masih sulit terjadi pada tahun depan. [dmr]