Pertumbuhan ekonomi 3,69% di tahun 2021 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang alami kontraksi atau minus 2,07%. Namun masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun 2019 yang mencapai 5,02%
BARISAN.CO – Ekonomi Indonesia selama tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69%. Hal itu diumumkan oleh Badan Pusat Statisik (BPS) pada jumpa pers Senin siang (07/02/2022).
Angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh BPS merupakan persentase pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) harga konstan tahun 2021 dibanding tahun 2020. PDB harga konstan tahun 2021 sebesar Rp11.118,9 triliun, sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp10.723,1 triliun.
PDB merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama setahun. Nilai PDB atas dasar harga berlaku pada tahun 2021 sebesar Rp16.970,8 triliun.
Nilai PDB atas dasar harga konstan diperoleh dengan memperhitungkan PDB deflator memakai tahun 2010 sebagai tahun dasar. Prosedur demikian bermaksud meniadakan faktor kenaikan harga-harga, sehingga merupakan perbandingan nilai tambah dari produksi secara riil.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2021 tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang alami kontraksi atau minus 2,07%. Namun masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun 2019 yang mencapai 5,02%. Adapun pertumbuhan rata-rata era tahun 2015-2019 sebesar 5,03%, dan era tahun 2004-2014 mencapai 5,72%.
Hampir seluruh output atau barang dan jasa yang diproduksi tercakup dalam perhitungan PDB, sehingga terdiri dari jutaan jenis. BPS menyajikan nilai output dalam 17 jenis kelompok barang dan jasa sesuai sektor yang memproduksinya. Disebut sebagai PDB menurut lapangan usaha.
Dari data tersebut, BPS memberi informasi tentang pertumbuhan masing-masing sektor. Selama tahun 2021 tercatat yang tumbuh di atas rata-rata antara lain adalah: sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (10,46%), sektor Informasi dan Komunikasi (6,81%), sektor Pengadaan Listrik dan Gas (5,55%), sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang (4,97%), dan sektor Perdagangan Besar dan Ecerean, Reparasi Mobil dan Motor (4,65%)
Terdapat 10 sektor yang tumbuh lebih rendah dari rata-rata 17 sektor atau pertumbuhan ekonomi. Diantaranya adalah: sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (1,84%), Industri Pengolahan (3,39%), sektor Kontruksi (2,81%0, sektor Transportasi dan Pergudangan (3,24%), sektor Jasa Keuangan dan Asuransi (1,56%), sektor Real Estat (2,78%), dan sektor Jasa Perusahaan (0,73%).
BPS menyajikan pula sumbangan masing-masing sektor tersebut pada pertumbuhan ekonomi yang sebesar 3,69%. Dikenal sebagai sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha. Kontribusi terbesar diberikan oleh: sektor industri pengolahan (0,70%), sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (0,60%), sektor Informasi dan Komunikasi (0,41%), sektor Pertambangan dan Penggalian (0,30%).
Sektor industri pengolahan atau manufaktur masih memberi kontribusi terbesar. Hal itu disebabkan porsinya dalam keseluruhan PDB (harga berlaku) masih yang terbesar. Meski hanya tumbuh 3,39% atau lebih rendah dari rata-rata seluruh lapangan usaha, masih merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar.
Sektor industri pengolahan tercatat selalu tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2012. Selama era tahun 2011-2019, rata-rata tumbuh 4,65%, sedangkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,33%. Khusus era tahun 2015-2019, rata-rata hanya tumbuh 4,19% dan pertumbuhan ekonomi 5,03%.
Akibatnya, meski masih yang terbesar, porsi industri pengolahan dalam PDB cenderung menurun. Porsinya masih sebesar 22,04% pada tahun 2010, kemudian turun menjadi 21,08% pada tahun 2014. Dan hanya sebesar 19,25% pada tahun 2021.