Scroll untuk baca artikel
Blog

Ekspor-Impor Surplus, tetapi Jangan Senang Dahulu

Redaksi
×

Ekspor-Impor Surplus, tetapi Jangan Senang Dahulu

Sebarkan artikel ini

Impor yang turun lebih tajam dari ekspor tampak dalam hampir seluruh golongan barang (HS 2 digit) yang bernilai besar. Hanya tiga golongan yang impornya meningkat, yaitu: Ampas/sisa industri makanan (kode 23), Perangkat optik, fotografi, sinematografi, medis (kode 90); dan Logam mulia dan perhiasan/permata (kode 71).

Surplus yang cukup besar pada 2020 tidak bisa sepenuhnya diartikan sebagai petanda baik bagi perekonomian Indonesia. Hal itu lebih dikarenakan penurunan impor yang mencapai 17,34%. Sedangkan ekspor hanya turun 2,61%.

Penurunan impor bisa dikatakan bukan disebabkan oleh telah adanya barang substitusi dari dalam negeri. Melainkan terkait dengan aktivitas produksi yang tengah menurun akibat pandemi.

Komposisi nilai impor menurut golongan penggunaan barang hingga kini masih didominasi oleh bahan baku/penolong yang mencapai 72,91% dari nilai total impor. Kelompok ini mengalami penurunan hingga 18,32% pada tahun 2020. Diikuti oleh penurunan barang modal sebesar 16,73%. Sedangkan porsinya masih mencapai 16,74%.

Penurunan yang lebih landai justeru terjadi pada kelompok barang konsumsi, yaitu sebesar 10,93%. Akibat laju penurunan yang lebih landai, porsinya dalam total impor sedikit bertambah. Dari 9,61% pada 2019 menjadi 10,35% pada tahun 2020. Porsinya telah mencapai dua digit, dan merupakan rekor selama belasan tahun terakhir.  

Hal lain yang kurang menggembirakan dari data neraca perdagangan yang dirilis oleh BPS tersebut terkait dengan negara tujuan ekspor dan negara asal impor.

Telah menjadi pandangan umum bahwa struktur perdagangan internasional yang lebih baik atau kuat bagi suatu negara adalah jika dapat mengurangi ketergantungan pada sedikit negara. Hubungan perdagangan yang lebih tersebar pada banyak negara dianggap lebih aman dalam jangka Panjang.

Neraca perdagangan Indonesia dilihat dari aspek ini masih belum bisa dikatakan kuat. Nilai ekspor yang besar hanya kepada beberapa negara, dan nilai impor yang besar juga hanya berasal dari beberapa negara. Pada tahun 2020, hubungan perdagangan dengan China dan Amerika Serikat yang sebelumnya sudah berporsi besar, justeru makin meningkat.

Tatkala nilai ekspor keseluruhan menurun, ekspor nonmigas ke China justeru mengalami kenaikan sebesar 15,59%. Dari US$25,89 miliar pada 2019 menjadi Rp29,93 miliar pada 2020. Porsinya atas total ekspor nonmigas pun meningkat, dari 16,61% menjadi 19,31%.

Pada waktu bersamaan, impor nonmigas dari China memang mengalami penurunan, dari US$44,60 miliar menjadi US$39,35 miliar. Namun karena laju penurunan itu lebih rendah dari laju penurunan keseluruhan, maka porsinya justeru meningkat. Porsi impor nonmigas dari China kini mencapai 30,91%.