Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Ekspor-Impor Surplus, tetapi Jangan Senang Dahulu

Redaksi
×

Ekspor-Impor Surplus, tetapi Jangan Senang Dahulu

Sebarkan artikel ini

Penurunan yang lebih landai justeru terjadi pada kelompok barang konsumsi, yaitu sebesar 10,93%. Akibat laju penurunan yang lebih landai, porsinya dalam total impor sedikit bertambah. Dari 9,61% pada 2019 menjadi 10,35% pada tahun 2020. Porsinya telah mencapai dua digit, dan merupakan rekor selama belasan tahun terakhir.  

Hal lain yang kurang menggembirakan dari data neraca perdagangan yang dirilis oleh BPS tersebut terkait dengan negara tujuan ekspor dan negara asal impor.

Telah menjadi pandangan umum bahwa struktur perdagangan internasional yang lebih baik atau kuat bagi suatu negara adalah jika dapat mengurangi ketergantungan pada sedikit negara. Hubungan perdagangan yang lebih tersebar pada banyak negara dianggap lebih aman dalam jangka Panjang.

Neraca perdagangan Indonesia dilihat dari aspek ini masih belum bisa dikatakan kuat. Nilai ekspor yang besar hanya kepada beberapa negara, dan nilai impor yang besar juga hanya berasal dari beberapa negara. Pada tahun 2020, hubungan perdagangan dengan China dan Amerika Serikat yang sebelumnya sudah berporsi besar, justeru makin meningkat.

Tatkala nilai ekspor keseluruhan menurun, ekspor nonmigas ke China justeru mengalami kenaikan sebesar 15,59%. Dari US$25,89 miliar pada 2019 menjadi Rp29,93 miliar pada 2020. Porsinya atas total ekspor nonmigas pun meningkat, dari 16,61% menjadi 19,31%.

Pada waktu bersamaan, impor nonmigas dari China memang mengalami penurunan, dari US$44,60 miliar menjadi US$39,35 miliar. Namun karena laju penurunan itu lebih rendah dari laju penurunan keseluruhan, maka porsinya justeru meningkat. Porsi impor nonmigas dari China kini mencapai 30,91%. 

Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat juga mengalami peningkatan, meski tak setinggi ke China, yakni sebesar 4,58%. Dari US$17,81 miliar menjadi US$18,62 miliar pada tahun 2020. Porsinya meningkat, dari 11,42% menjadi 12,01%. Sedangkan laju penurunan impor nonmigas dari Amerika Serikat juga lebih landai dari penurunan keseluruhan, sehingga secara porsi tercatat meningkat.

Jika dinyatakan dalam statistik sederhana, maka kedua negara tersebut memiliki porsi 31,32% dari total nilai ekspor nonmigas. Sedangkan dilihat dari sisi impor, porsinya mencapai 36,79%.

Dengan demikian, perkembangan kondisi ekonomi dan kebijakan perdagangan pada kedua negara itu amat berpengaruh besar pada kondisi ekspor-impor Indonesia. Dan soalan akan menjadi lebih kompleks jika “perang dagang” antar keduanya “memaksa” negara mitra dagang lainnya melakukan kebijakan tertentu.   

Bagaimanapun, penulis berharap beberapa perkembangan positif selama tahun 2020 dapat dipertahankan.

Setidaknya bisa menjadi awalan yang baik untuk memperkuat struktur perdagangan luar negeri Indonesia. Antara lain bagaimana mempertahankan atau memperkuat struktur ekspor berdasar sektor yang disebut di atas. Bagaimana mengendalikan laju kenaikan nilai impor jika produksi atau dinamika ekonomi kembali pulih, seperti dengan bersegera menyediakan subtititusi impor secara signifikan. Terutama yang berkaitan dengan bahan baku atau penolong. []


Awalil Rizky, Kepala Ekonom Institut Harkat Negeri