ALMARHUM Emmeril Khan Mumtadz bukan seorang tokoh lokal atau nasional, bukan ulama, bukan pula selebritas dan juga bukan politikus. Hanya seorang anak gubernur dan itu pun lebih banyak di belakang layar. Tapi kenapa kematiannya ditangisi ribuan bahkan mungkin jutaan orang tidak hanya warga Bandung dan Jawa Barat tetapi juga Indonesia?
Saya pun sebagai pituin Sunda dan Jawa Barat tak pernah tahu atau mungkin baca di media tentang sosok putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tersebut. Tak pernah baca beritanya. Ya, secuil pun! Saya pun baru tahu media sosialnya setelah diberitakan meninggal di Swiss.
Kenapa kematian Eril — demikian mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) ini kerap disapa — membetot perhatian publik? Kenapa banyak orang kehilangan walaupun tidak kenal, berbeda suku, agama dan usia serta generasi?
Untuk apa media arus utama, media sosial, bloger dan youtuber sampai tak pernah absen menyiarkan dan memberitakan selama hampir dua pekan peristiwa, kisah dan juga pernak-pernik tentang Eril, keluarga, pacarnya dan juga tentang kebaikannya yang terus bermunculan dari beragam testimoni orang yang pernah melihat dan merasakan sentuhan hatinya? Sebuah fenomena langka.
Apa misteri di balik kematian Eril sehingga mendapat perhatian luas dan histeria di kalangan publik? Pertama, drama. Meninggalnya Eril tidak sekadar peristiwa tetapi di sana terkandung unsur drama yang paripurna sehingga mengaduk-aduk emosi publik. Dalam peristiwa meniggalnya Eril ada unsur tema, alur, tokoh dialog, latar, sudut pandang, konflik dan amanat atau pesan.
Peristiwa Eril nyaris seperti drama korea (drakor) yang memiliki garis batas yang jelas antara kebaikan dan keburukan dan kebaikan akan selalu menang atau terhormat. Kejahatan atau perbuatan buruk akan diganjar dengan kenistaan.
Kedua, model. Eril menjadi sosok model anak muda yang kiwari yang sangat didambakan orangtua. Anak yang baik, menghormati orangtua atau yang lebih tua, sayang keluarga dan selalu berbuat baik serta bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Kendati orangtua punya jabatan dia tetap menjadi orang biasa dan tidak memanfaatkan jabatan orangtua untuk kepentingan pribadi.
Eril juga jadi model anak muda yang lepas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Padahal, kalau mau semua fasilitas negara bisa digunakan semaunya karena memang sudah disediakan negara. Karena itu Eril pun lebih banyak di rumah pribadi orangtua daripada di rumah dinas.
Eril juga bukan model anak yang hedonis dan pengagum pansos (panjat sosial) dan pula bukan tipe orang yang narsis. Eril adalah pemuda biasa yang punya pacar dan bukan tipe yang menolak pacaran. Sangat manusiawi.
Eril juga menjadi model sebagai anak pejabat yang bersahaja tidak neko-neko dan ugal-ugalan. Sementara selama ini masyarakat disuguhi oleh aksi anak-anak pejabat yang tidak perpijak pada bumi, terlibat narkoba, jaga jarak dengan masyarakat dan bahkan ada yang korupsi.
Ketiga, berbuat baik. Hidup ini dijalani untuk berbuat baik dan bermanfaat bagi lingkungan. Berbuat baik tidak selamanya harus terang-terangan dengan disorot kamera televisi dan diliput media massa dan dilakukan dengan partai besar.
Berbuat baik itu bisa dari lingkungan kecil, komunitas dan kelompok masyarakat atau hanya ke sekelompok anak yatim. Dan itu dilakukan Eril tanpa sepengetahuan orang banyak termasuk orangtuanya sekalipun. Membelikan baju lebaran anak yatim juga santunan kepada satpam di lingkungan kerja orangtuanya dan orang miskin yang ditemuinya di jalanan.