Scroll untuk baca artikel
Blog

Filosofi Pohon

Redaksi
×

Filosofi Pohon

Sebarkan artikel ini

Penulis: Andi Rukman Nurdin Karumpa *

BELAJAR dari filosofi pohon, selayaknya sebagai seorang insan berakal untuk pandai mempelajari dan mencari hikmah atas penciptaan kita dalam kehidupan, seorang manusia ditugaskan untuk menjadi khalifah dalam hidupnya, kita dituntut untuk hidup layaknya pohon, berjuang untuk bertahan namun di sisi lain memberikan penghidupan dan naungan bagi makhluk lainya. Mewujudkan suatu keseimbangan dan keselarasan dalam alam. Lakukan dan kerahkanlah upaya terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup. Dedikasikan hidup kita dengan penuh keikhlasan untuk bisa berguna dan bermanfaat.

Sebuah pohon tidak akan menujukkan amarahnya walaupun badai mencoba untuk merobohkannya pohon tidak akan membalas perlakukan makhluk yang merusak bagian tubuhnya, pohon tidak pernah melayangkan tanda protes ketika ia dipaku demi keperluan dekorasi dan pembuatan rumah, pohon tidak mengenal dendam dan marah. Bisa saja ia berhenti mengeluarkan buahnya sebagai tanda penolakan, bisa saja ia memilih untuk mengerdilkan dirinya dan berhenti menaungi makhluk lain sebagai bentuk pembalasan. Tetapi tidak, sebuah pohon tidak memilih jalan ini. Ia memilih untuk tetap tegar dan kokoh bertahan dengan makna yang ia miliki.

Begitulah seorang manusia seharusnya mempelajari hakikat kesabaran, jangan hanya karena gejolak wabah yang terjadi, membuat kita hanya mau menyalahkan keadaan dan tidak berbuat apa-apa, jangan hanya karena sebuah sandungan kecil membuat kita mengeluhkan pahitnya kehidupan yang telah dijalani, bukankah setiap ada sandungan adalah hikmah yang harus dipelajari dan menjadi introspeksi? Hikmah itu baru akan menampakkan dirinya ketika sandungan itu telah kita selesaikan. Buah yang lahir dari sebuah pohon tidak akan pernah terletak pada ujung pucuk daun teratas.

Buah yang dimiliki sebuah pohon selalu terarah ke bawah dan tidak pernah disembunyikan. Sekalipun, buah pohon yang tertanam pasti selalu gampang bagi kita untuk menggalinya, buah selalu mengikuti gravitasi bumi, dan buah tidak pernah meminta bayaran untuk setiap buah yang dimakan makhluk lain untuk menghilangkan dahaga dan lapar.

Pohon sadar bahwa setiap buah yang dinikmati, memungkinkan generasi dirinya akan lahir dan tumbuh di tempat yang baru.

Sudahkah kita merasa seperti pohon yang mengikhlaskan buahnya untuk dinikmati oleh makhluk lain. Tidak pernah merasa kikir dan menuntut balas budi dari setiap perbuatan baiknya, perbuatan baik sekecil apa pun akan berbalik ke diri kita. Sebaliknya, perbuatan buruk hanya sebesar partikel atom sekalipun akan mendapat balasan.