Barisan.co – Pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran berharga bagi orang tua yakni anak untuk belajar di rumah selama masa work form home. Ada tuntutan orang tua untuk menemani dan membersamai proses anak belajar di rumah.
Bahwasanya belajar merupakan proses aktifitas yang sangat kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Seperti, faktor internal yang ada pada diri anak yang meliputi aspek psikologis dan fisiologi. Faktor eksternal anak yakni kondisi lingkungan seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya.
Menurut Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin tentang keadaan anak:
“Ketahuilah bahwasannya melatih anak itu suatu hal yang sangat penting, anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, anak itu suci bagaikan mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran dan gambaran, ia mampu segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada apa yang dicondongkan kepadanya, jika sang anak dibiasakan dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan kepadanya ia akan tumbuh dengan baik dan akan memperoleh pahala yang dipetiknya turut didapatkan oleh kedua orang tuanya, semua mu’allim yang mengajarnya dan semua pendidik yang mendidiknya. Dan apabila anak dibiasakan pada hal-hal yang buruk dan ditelantarkan begitu saja bagaikan memperlakukan hewn ternak, niscaya anak akan tumbuh menjadi orang yang celaka dan binasa, dan dosa yang ditanggung anak itu akan menjadi beban begi setiap orang yang pernah mengajarinya dan walinya”.
Namun faktor ekternal inilah yang paling dominan mempengaruhi proses belajar anak. Terutama hubungan belajar anak dengan orang tua di dalam keluarga. Faktor keluarga seperti sifat orang tua, pengelolaan keluarga, hubungan keluarga dan kondisi sosiologis keluarga. Semuanya ini dapat memberikan dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar anak.
Keluarga harmonis
Hal utama pada orang tua yang merupakan pembina pribadi dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan tutur katanya serta kedisiplinan yang diterapkan dalam keluarga menjadi unsur penting dalam proses pendidikan keluarga.
Zakia Darajhat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Masyarakat menegaskan bahwa keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak.
Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Orang tua mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan yang direalisasikan selama Work Form Home (WFH).
Dengan demikian keberhasilan anak belajar banyak terpengaruh oleh situasi keluarga dalam membantu proses belajar. Mengingat waktu yang dipergunakan anak lebih dominan di lingkungan keluarga dari pada di sekolah.
Sehingga orang tua besar peranannya dalam menciptakan situasi kelurga yang mendukung anak dalam mengembangkan proses dan aktifitas perilaku belajarnya. Salah satu kondisi keluarga yang mendukung perilaku belajar anak adalah keharmonisan yang terdapat dalam keluarga.
Keharmonisan keluarga, ayah dengan ibu serta dengan anak, orang tua dapat mengajar anak untuk mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi berbagai macam hasratnya dan menetapkan berbagai sasaran aktifitasnya, teramasuk aktifitas anak dalam belajar.
Supardi Kafha dalam acara Mimbar Virtual Barisan.co dengan tema Bincang Pendidikan Keluarga: Menjadi Guru di Rumah berpesan seyogyanya orang tua juga mengetahui seni menemani belajar anak.
Mengutip Charlotte Mason seni tersebut adalah Masterly Inactivity atau master adalah tuan, inactivity adalah tidak melakukan apa-apa.
Kafha menambahkan konsep Materly Inactivity mirip konsep Tut Wuri Handayani, mengawasi dari belakang, tapi tetap mengayomi. Atau seperti gambaran bermain layang-layang: tarik ulur sesuai kebutuhan.