Namun, banyak hal yang makin menjadi tantangan bagi eksistensi pesantren. Terutama atas kemampuannya mengintregasikan diri dalam hidup modern, tanpa mengorbankan nilai-nilai (keislaman), yang dirasakan semakin penting untuk dimiliki pesantren di manapun.
Pesantren Kiai Marogan, salah satunya, menerjemahkan kebutuhan itu ke dalam bentuk wirausaha santri. Terletak di Palembang, Sumatra Selatan, pesantren ini berupaya untuk memberdayakan santri-santrinya yang kebanyakan adalah anak yatim dan dhuafa.
Pesantren ini mengambil nama Kiai Marogan (Masagus Haji Abdul Hamid), ulama kharismatik yang hidup di Abad 19. “Beliau selain sebagai ulama, juga merupakan saudagar di bidang saw mill (penggergajian kayu). Di zaman itu, beliau sudah memakai teknologi mesin uap, sehingga sehari bisa menghasilkan 250 papan kayu.” Ujar pengasuh Ponpes Kiai Marogan, Masagus Fauzan Yayan, dalam acara Mimbar Virtual barisanco, Selasa (20/10).
Ustaz Yayan—panggilan Masagus Fauzan Yayan—adalah cucu dari Kiai Marogan. Ia mengatakan, semangat wirausaha yang diajarkan oleh Kiai Marogan sudah sejak lama ingin dikembangkan dalam pesantren ini. Namun keinginan itu baru terwujud belum lama, 19 Juli 2020, dengan dibukanya Eduwisata Marogan.
Terletak tak jauh dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Eduwisata Marogan dikelola sepenuhnya oleh santri dan para asatidz Pesantren Kiai Marogan. Selain diajarkan nilai-nilai keislaman pada tempat paling utama, para santri juga dididik membangun kemandirian lewat wirausaha dan berniaga secara produktif.
Ustaz Yayan ingin agar seluruh tempat di Pesantren Kiai Marogan menjadi media pembelajaran bagi santri. “Yang ditekankan di sini (Pesantren Kiai Marogan) kepada santri adalah, walaupun berstatus yatim dhuafa, pantang bagi santri bermental tangan di bawah.” Kata Ustaz Yayan.
Santri, menurut Ustaz Yayan, memiliki hampir semua ciri enterpreneuship. “Santri memiliki khidmat dan ketulusan hati. Mereka melihat orang lain secara positive thinking, tidak pernah mengeluh, itulah modal utama mereka.” pungkas Ustaz Yayan.
Pondok Pesantren Kiai Marogan hanya satu contoh. Pada kebanyakan, pesantren mulai berbondong-bondong tampil dengan kulit baru yang, bukan hanya mengajarkan ilmu dalam kerangka Islam, namun didukung juga dengan wacana-wacana pembaharuan, pendidikan keterampilan, pemenuhan kebutuhan pokok, dan lain sebagainya. Hal-hal baik ini perlu terus dirawat dan dikembangkan bersama-sama. (Dmr)