Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Fokus

[FOKUS] Pesona Pesantren Belum Tergeser

:: Redaksi
25 Oktober 2020
dalam Fokus
[FOKUS] Pesona Pesantren Belum Tergeser

Ilustrasi barisan.co/Bondan PS

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Barisan.co – Sistem pendidikan di bumi nusantara punya sejarah panjang. Konsep dan penyebutannya berkembang sesuai zaman. Dari beberapa catatan, Padepokan paling banyak disebut sebagai tempat menimba ilmu paling tua di nusantara.

Sejalan pengaruh Hindu-Buddha, Padepokan berubah menjadi Ashram. Kedatangan Islam lalu mengubah Ashram menjadi Pondok Pesantren (Ponpes). Sejak ada gelombang modernitas, Ponpes kemudian digantikan perannya oleh Sekolah.

Semua konsep tempat mendidik itu—kecuali sekolah—punya tradisi mengharuskan pencari ilmu (siswa) untuk ‘tinggal menetap’ dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Setidaknya sampai sang siswa merasa pembelajaran yang ia dapat sudah cukup.

Bisa dikata, pondok pesantren adalah pewaris terakhir tradisi tersebut. Pondok sendiri, berasal dari kata arab funduq, artinya tempat menyepi dari pola hidup sehari-hari.

BACAJUGA

Mimbar Virtual: Waspada! Bullying Menghantui Anak Kita

Mimbar Virtual: Waspada! Bullying Menghantui Anak Kita

10 Agustus 2022
film pesantren

Film Pesantren, Kisah Santri di Pondok Tradisional Cirebon Tayang di Bioskop 4 Agustus 2022

1 Agustus 2022

Sementara sekolah, sistem pendidikan yang baru muncul di abad modern itu, tidak lagi bertumpu pada keharusan siswanya untuk mondok atau menetap.

Meski tidak meneruskan watak kepondokan, bukan berarti sekolah merupakan sistem pendidikan yang terlepas dari akar sejarah nusantara. Setidaknya sekolah masih punya watak kepesantrenan, di mana nuansa intramural dan bentuk-bentuk penghormatan terhadap guru masih dipertahankan.

Namun dalam soal ini, menarik untuk melihat catatan lama yang pernah dibuat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang masih relevan diucapkan hari ini.

Gus Dur mencatat bahwa, dalam abad modern ini, pesantren menghadapi tantangan-tantangan Barat dari proses modernisasi, yang dalam banyak hal berarti ‘pembaratan’ dalam bentuknya yang vulgar.

“Akibat suasana penuh tantangan dari respons yang lebih banyak berupa imitasi ‘proses pembaratan’ itu sendiri,” tulis Gus Dur, “Maka yang dikejar bukanlah standardisasi ilmu pengetahuan agama, melainkan penghargaan yang terlalu berlebih kepada ijazah/diploma dari sekolah-sekolah tersebut.”

Berbeda dari perolehan ijazah cara lama—yang bertumpukan pengalaman tata nilai yang dipercaya dalam kehidupan sehari-hari—pencarian ijazah ‘model baru’ sama sekali tidak mengindahkan pengalaman tata nilai tersebut. Tata nilai yang dimaksud terdiri dua unsur utama: peniruan dan pengekangan.

Peniruan, masih menurut Gus Dur, adalah usaha terus-menerus secara sadar untuk memindahkan pola kehidupan para sahabat Nabi Saw dan para ulama salaf ke dalam praktik kehidupan di pesantren. Sedang pengekangan, memiliki perwujudan utama dalam disiplin sosial yang ketat di pesantren.

Menarik melihat bagaimana dua nilai ini masih menjadi daya tarik pesantren dewasa ini. Banyak orangtua masih bersedia mengirim anaknya ke pondok, lantaran meyakini nilai-nilai di dalamnya dapat membentuk sikap hidup anak mereka.

Namun, banyak hal yang makin menjadi tantangan bagi eksistensi pesantren. Terutama atas kemampuannya mengintregasikan diri dalam hidup modern, tanpa mengorbankan nilai-nilai (keislaman), yang dirasakan semakin penting untuk dimiliki pesantren di manapun.

Pesantren Kiai Marogan, salah satunya, menerjemahkan kebutuhan itu ke dalam bentuk wirausaha santri. Terletak di Palembang, Sumatra Selatan, pesantren ini berupaya untuk memberdayakan santri-santrinya yang kebanyakan adalah anak yatim dan dhuafa.

Pesantren ini mengambil nama Kiai Marogan (Masagus Haji Abdul Hamid), ulama kharismatik yang hidup di Abad 19. “Beliau selain sebagai ulama, juga merupakan saudagar di bidang saw mill (penggergajian kayu). Di zaman itu, beliau sudah memakai teknologi mesin uap, sehingga sehari bisa menghasilkan 250 papan kayu.” Ujar pengasuh Ponpes Kiai Marogan, Masagus Fauzan Yayan, dalam acara Mimbar Virtual barisanco, Selasa (20/10).

Ustaz Yayan—panggilan Masagus Fauzan Yayan—adalah cucu dari Kiai Marogan. Ia mengatakan, semangat wirausaha yang diajarkan oleh Kiai Marogan sudah sejak lama ingin dikembangkan dalam pesantren ini. Namun keinginan itu baru terwujud belum lama, 19 Juli 2020, dengan dibukanya Eduwisata Marogan.

Terletak tak jauh dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Eduwisata Marogan dikelola sepenuhnya oleh santri dan para asatidz Pesantren Kiai Marogan. Selain diajarkan nilai-nilai keislaman pada tempat paling utama, para santri juga dididik membangun kemandirian lewat wirausaha dan berniaga secara produktif.

Ustaz Yayan ingin agar seluruh tempat di Pesantren Kiai Marogan menjadi media pembelajaran bagi santri. “Yang ditekankan di sini (Pesantren Kiai Marogan) kepada santri adalah, walaupun berstatus yatim dhuafa, pantang bagi santri bermental tangan di bawah.” Kata Ustaz Yayan.

Santri, menurut Ustaz Yayan, memiliki hampir semua ciri enterpreneuship. “Santri memiliki khidmat dan ketulusan hati. Mereka melihat orang lain secara positive thinking, tidak pernah mengeluh, itulah modal utama mereka.” pungkas Ustaz Yayan.

Pondok Pesantren Kiai Marogan hanya satu contoh. Pada kebanyakan, pesantren mulai berbondong-bondong tampil dengan kulit baru yang, bukan hanya mengajarkan ilmu dalam kerangka Islam, namun didukung juga dengan wacana-wacana pembaharuan, pendidikan keterampilan, pemenuhan kebutuhan pokok, dan lain sebagainya. Hal-hal baik ini perlu terus dirawat dan dikembangkan bersama-sama. (Dmr)

Topik: Mimbar VirtualPondok Pesantren
Redaksi

Redaksi

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Membangun Ketersambungan & Rasa Memiliki dari Pekerja JIS yang Jadi Youtuber
Fokus

Membangun Ketersambungan & Rasa Memiliki dari Pekerja JIS yang Jadi Youtuber

15 Desember 2021
Berkah Jakarta International Stadium bagi Warga Kampung Bayam
Fokus

Berkah Jakarta International Stadium bagi Warga Kampung Bayam

15 Desember 2021
Jakarta Tourism Forum: Ada Banyak Sebab Kita Patut Membanggakan Stadion JIS
Fokus

Jakarta Tourism Forum: Ada Banyak Sebab Kita Patut Membanggakan Stadion JIS

15 Desember 2021
Fokus

Sukar Mengikis Kebiasaan Konsumsi Daging Anjing di Surakarta

8 Desember 2021
Fokus

BAWA: Daging Anjing Masih Dijual Bebas Sebab Aturan Tak Dijalankan

8 Desember 2021
Fenomena Mengonsumsi Daging Anjing & Masalah-Masalahnya
Fokus

Fenomena Mengonsumsi Daging Anjing & Masalah-Masalahnya

8 Desember 2021
Lainnya
Selanjutnya
Mengerti APBN [Bagian Delapan]

Mengerti APBN [Bagian Delapan]

Gelisah

Bad Mood? Netralkan Lewat Makanan

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Penulis The Satanic Verses, Salman Rushdie Dibunuh

Penulis The Satanic Verses, Salman Rushdie Dibunuh

13 Agustus 2022
Indonesia Merupakan Ekosistem yang Kondusif bagi Pertumbuhan E-commerce

Indonesia Merupakan Ekosistem yang Kondusif bagi Pertumbuhan E-commerce

13 Agustus 2022
Ekonomi Berbasis Kerakyatan

Menko PMK: Pentingnya Memiliki Sistem Ekonomi Berbasis Kerakyatan

13 Agustus 2022
Prabowo Subianto Resmi Maju Calon Presiden 2024

Rapimnas Partai Gerindra: Prabowo Subianto Resmi Maju Calon Presiden 2024

13 Agustus 2022
pelajar Indonesia di luar negeri

Jenderal Andika Berharap Pelajar Indonesia di Luar Negeri Berperan Penting dalam Pembangunan

13 Agustus 2022
Anugerahkan Tanda Kehormatan

Jokowi Anugerahkan Tanda Kehormatan Bagi 127, Sastrawan Ajib Rosidi Salah Satunya

12 Agustus 2022
kesejahteraan umat

Eko Filtra: Kesejahteraan Umat Tujuan Utama Perbankan Syariah.

12 Agustus 2022

SOROTAN

Filosofi Pohon
Opini

Filosofi Pohon

:: Redaksi
11 Agustus 2022

Penulis: Andi Rukman Nurdin Karumpa * BELAJAR dari filosofi pohon, selayaknya sebagai seorang insan berakal untuk pandai mempelajari dan mencari...

Selengkapnya
Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

1 Agustus 2022
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
Beredar Surat Pengangkatan Tenaga Honorer Jadi PNS, Begini Penjelasan Kemen PANRB

Pegawai Negeri Dibutuhkan, Tetapi Cenderung Tidak Diapresiasi

21 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang