Scroll untuk baca artikel
Fokus

Milenial Memandang Hukuman Mati

Redaksi
×

Milenial Memandang Hukuman Mati

Sebarkan artikel ini

Sebagian milenial menganggap hukuman mati layak diterapkan untuk kasus berat.

BARISAN.CO Persepsi publik Indonesia masih amat beragam soal praktik hukuman mati. Sebagian besar menganggap hukuman mati efektif menimbulkan efek jera (detterent effect) bagi pelaku kejahatan.

Mencermati jajak pendapat yang dilakukan Kompas pada 5-8 Oktober 2021, sebanyak 56,4 persen publik menyatakan setuju hukuman mati diterapkan di Indonesia. Sementara 43,6 persen lainnya tidak setuju.

Secara umum, publik melihat bahwa hukuman mati layak diterapkan untuk kasus-kasus pidana berat. Namun, banyak juga yang menilai hukuman mati tak menjamin terciptanya kondisi ketertiban di masyarakat.

Oleh itu, Barisanco mencoba berbincang dengan beberapa milenial untuk menggali pendapat mereka. Meski tak merepresentasi milenial secara umum, pandangan mereka cukup membantu untuk memahami hukuman mati dari sudut pandang anak muda.

Ozi, 35 tahun

Tahukan bahwa banyak negara berangsur-angsur menghapus aturan hukuman mati?

Tidak tahu persis. Yang saya tahu negara-negara di Amerika dan Eropa lebih maju dalam pemahamannya tentang prinsip-prinsip hak asasi manusia. Jadi kalau saya boleh menebak, pasti negara-negara yang menghapus hukuman mati kebanyakan ada di Amerika dan Eropa.

Apakah para tersangka kasus pembunuhan Brigadir Joshua layak dihukum mati?

Saya rasa begitu. Secara mereka adalah penegak hukum. Apalagi dalang pembunuhan Brigadir Joshua adalah orang penting di tubuh kepolisian.

Prinsipnya adalah, satu kesalahan bawahan selalu bernilai satu sementara satu kesalahan pimpinan selalu bernilai sepuluh. Jadi Ferdy Sambo (tersangka) menurut saya layak dihukum seberat-beratnya karena kesalahannya bernilai sepuluh kali lipat.

Setujukah jika Indonesia menghapus hukuman mati?

Saya melihat kesadaran masyarakat Indonesia soal hak asasi manusia sudah semakin baik. Dan karena hukuman mati bertentangan dengan hak asasi, cepat atau lambat hukuman mati bakal kita tinggalkan dengan sendirinya.

Tapi barangkali ada pengecualian misalnya korupsi dana kebencanaan, itu sepertinya pantas dihukum mati sampai kapanpun karena merugikan hajat hidup orang banyak.

Tantri, 20 tahun

Setujukah kalau Indonesia menghapus hukuman mati?

Tidak setuju. Hukuman mati bagus karena efek jeranya bisa maksimal. Apalagi kalau kejahatannya berat seperti terorisme, korupsi, pemerkosaan terhadap anak, atau pembunuhan berencana, itu harus dihukum mati.

Hukuman mati apa yang paling cocok diterapkan di Indonesia, suntik, penggal, tembak, atau gantung?

Suntik mati, kak. Lebih cepat lebih baik.

Jika kamu adalah seorang eksekutor, apa yang akan kamu katakan ke keluarga pelaku kejahatan yang baru saja dieksekusi?

Ya harus bersabar dan ikhlas menerima. Semua tindakan ada konsekuensinya. Perbuatan jahat apalagi misal yang merenggut nyawa orang lain harus dibayar secara setimpal karena demikianlah hukum di negara ini tertulis. Hidup di suatu negara artinya harus menerima aturan main negara tersebut.

Kiki Amaliyah, 24 tahun

Kalau suruh memilih hukuman mati atau penjara seumur hidup, mana lebih pantas buat koruptor?

Penjara seumur hidup biar sakit tapi tidak berdarah. Saya kira itu lebih efektif menimbulkan efek jera. Para calon-calon koruptor pasti bisa membayangkan rasanya seumur hidup harus mendekam di balik jeruji besi. Mereka pasti lebih takut untuk berbuat korupsi.

Setujukah kalau Indonesia menghapus hukuman mati?

Setuju dan lagipula nyawa seharusnya tidak berada di tangan manusia. Biar Tuhan yang mengatur hidup dan mati seseorang.

Saya suka merinding kalau lihat copet tertangkap terus warga main hakim sendiri. Di beberapa kasus malah ada copet dipukuli sampai mati atau dibakar hidup-hidup. Hal seperti ini harusnya dihindari. Kembali lagi, tidak semestinya manusia menentukan hidup mati seseorang, mau itu warga biasa, hakim, polisi, dan lain-lain.