Scroll untuk baca artikel
Fokus

Gagal Tinggalkan Kendaraan Pribadi Gara-gara Pandemi

Redaksi
×

Gagal Tinggalkan Kendaraan Pribadi Gara-gara Pandemi

Sebarkan artikel ini
Pesepeda Meningkat

Menariknya, jumlah pengguna sepeda selama pandemi justru meningkat. Tak tanggung-tanggung, langsung naik 10 kali lipat dibandingkan masa normal. Menurut pengamatan The Insitute for Transportation and Development Policy (ITDP) dari Juni 2020, selama masa PSBB angka pengguna sepeda mencapai 1.000 persen atau 10 kali lipat dari sebelumnya.

Survei perhitungan dilakukan di jam sibuk yaitu pukul 16.30 hingga 8.00 WIB. Lokasinya di beberapa titik seperti Sudirman-Thamrin, Dukuh Atas, Gelora Bung Karno, dan Sarinah.

“Di segmen Dukuh Atas dari Selatan ke Utara (Bundaran Senayan menuju Bundaran HI) pada jam sibuk pagi atau jam kerja, peningkatannya lebih dari 1.000 persen. Di Oktober 2019 hanya 21 pesepeda pada Juni 2020 menjadi 235 pesepeda,” ujar Direktur ITDP Faela Sufa, dikutip dari Republika.

Di segmen Gelora Bung Karno (arah selatan ke utara), dari yang sebelumnya hanya 129 pesepeda menjadi 249 pesepeda. Artinya meningkat sebesar 93 persen.

Jumlah pesepeda di Ibu Kota meningkat seiring kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan Gubernur DKI Anies Baswedan. Ilustrasi: unsplash.com

Meningkatnya jumlah pesepeda bisa dibuktikan dengan naiknya harga sepeda di pasaran. Sepeda lipat yang biasanya hanya Rp1.250.000 pada Juni 2020 naik menjadi Rp2.250.000. Penyebabnya adalah grafik permintaan dari peminat sepeda semakin tinggi, sementara stok barang semakin langka.

Dengan begitu, apakah artinya warga ibukota sudah mulai melirik sepeda untuk pergi beraktivitas? Layaknya seperti di negara-negara maju yang menggunakan sepeda dan jalan kaki untuk pergi ke kantor dan sekolah.

Jika kita melihat jalanan ibukota saat ini, nampak pesepeda lalu lalang di jalanan. Beradu dengan kecepatan mesin kendaraan bermotor dan mobil. Mereka gowes sepeda lengkap dengan atribut seperti helm.

Namun, Ketua Asosiasi Perindustrian Indonesia (API) Rudiyono menilai fenomena ini bersifat sementara.  Ia berasumsi peningkatan pengguna sepeda saat ini hanyalah keinginan masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan namun tetap menyehatkan. Banyak ruang publik yang ditutup, ojek online sempat tidak beroperasi, pilihannya menggunakan sepeda. “Jadilah bersepeda sebagai gaya hidup,” ujarnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berangkat dengan pakaian dinas lengkap. Ilustrasi: Instagram Anies Baswedan.

Barisanco melakukan survei kecil tentang penggunaan sepeda di Instagram. Dari sekitar 78 responden, sebanyak 64 persen menjawab senang memakai sepeda untuk pergi ke suatu tempat, setidaknya 1-10 kali dalam seminggu. Tapi hanya untuk kesenangan bukan dijadikan transportasi utama untuk pergi ke suatu tempat, misalnya kantor.

Salah seorang pesepeda, Ayu (27) mengaku membeli sepeda hanya untuk menghilangkan kebosanan selama pandemi. Ia membeli sepeda lipa merek Polygon seharga Rp7 juta. Begitu juga dengan Dhea (26) membeli sepeda untuk berolahraga. “Saya jarang pakai sepeda itu, paling gowes saat weekend saja,” ujar karyawan BUMN itu.

Sebanyak 82 persen responden juga memilih kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum untuk bepergian, alasannya karena lebih nyaman dan aman. Apalagi sedang pandemi, mereka khawatir tertular Covid-19.

Kendati demikian banyaknya jumlah orang yang menggunakan moda transportasi massal dan ojek online sebelum pandemi, menunjukkan bahwa hal itu sudah mulai terinternalisasi dalam budaya masyarakat.

Semoga pandemi segera usai, agar banyak masyarakat yang beralih ke moda trasportasi umum. Dan dengan perluasan jalur sepeda oleh Pemrov DKI diharapkan bersepeda bisa menjadi gaya hidup warga ibukota pasca pandemi. Sehingga kualitas udara Jakarta pun semakin baik. []