Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Gelombang Panas Mengancam Anak-anak

Redaksi
×

Gelombang Panas Mengancam Anak-anak

Sebarkan artikel ini

Laporan UNICEF terbaru mengungkapkan, satu dari empat anak di dunia sudah terkena dampak darurat iklim.

BARISAN.CO – Perubahan iklim membuat gelombang panas menjadi lebih panas dan lebih sering terjadi. Gelombang panas adalah periode panas yang tidak biasa. Umumnya berlangsung selama dua hari atau lebih.

Sementara, laporan Dana Anak-anak PBB (UNICEF) terbaru mengungkapkan, satu dari empat anak secara global sudah terkena dampak darurat iklim dan pada tahun 2050 hampir setiap anak di setiap wilayah akan menghadapi gelombang panas yang lebih sering.

Menurut UNICEF, 559 juta anak-anak saat ini mengalami setidaknya empat hingga lima gelombang panas berbahaya setiap tahun, tetapi jumlahnya akan meningkat empat kali lipat menjadi 2 miliar pada tahun 2050. Bahkan, jika pemanasan global dibatasi hingga 1,7 derajat.

Dalam skenario terburuk, kenaikan 2,4 derajat yang disebabkan oleh pembakaran terlalu banyak bahan bakar fosil terlalu lama. Ini akan berdampak bagi 94% anak-anak terkena gelombang panas berkepanjangan yang berlangsung setidaknya 4,7 hari pada tahun 2050 dibandingkan dengan satu dari empat anak saat ini.

Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut, bahan bakar fosil, batu bara, minyak, dan gas, sejauh ini kontributor terbesar pada perubahan iklim global. Menyumbang lebih dari 75 persen emisi gas rumah kaca global dan hampir 90 persen dari seluruh emisi karbon dioksida.

Dalam mimpi buruk iklim ini, hanya wilayah kecil di Amerika Selatan, Afrika Tengah, Oseania, dan Asia yang akan lolos dari musim panas yang berbahaya.

Anak-anak dan bayi kurang mampu mengatur suhu tubuh mereka. Itu membuat mereka lebih rentan terhadap dampak panas yang ekstrem dan berkepanjangan daripada orang dewasa. Ini termasuk segudang masalah kesehatan seperti asma, penyakit kardiovaskular dan bahkan kematian.

Selain itu, karena panas yang hebat memperburuk kekeringan, itu juga dapat mengurangi akses ke makanan dan air. Sehingga, dapat menghambat pembangunan dan meningkatkan paparan kekerasan dan konflik jika keluarga terpaksa bermigrasi.

Penelitian itu juga menunjukkan, panas ekstrem berdampak negatif pada konsentrasi dan kemampuan belajar anak-anak.

“Sementara kekuatan penuh dari krisis iklim akan membutuhkan beberapa waktu untuk terwujud, gelombang panas sudah dekat dan terlihat sangat suram,” kata Nicholas Rees, pakar lingkungan dan iklim UNICEF.