Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Gemar Olahraga, Kenapa Serangan Jantung?

Redaksi
×

Gemar Olahraga, Kenapa Serangan Jantung?

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Dunia sepak bola kehilangan pemain terbaiknya. Dalam satu bulan, dua legenda sepak bola Ricky Yacobi dan Diego Maradona tutup usia. Keduanya meninggal dunia karena serangan jantung.

Ricky merupakan legenda sepak bola Indonesia. Ia pernah membawa medali emas SEA Games untuk Indonesia di tahun 1987. Ricky sempat bergabung di tim sepakbola Matsushita FC Jepang di tahun 1988 dan menjadi direktur pembinaan usia muda PSSI.

Ricky meninggal dunia pada usia 57 tahun saat mengikuti pertandingan sepak bola di kawasan Senayan, Jakarta, Sabtu (21/11/2020). Ia terjatuh dan tak sadarkan diri setelah sempat mencetak gol.

Sementara Maradona merupakan legenda sepak bola dunia dan mendapat julukan “Si Tangan Tuhan” karena berhasil mencetak gol pada piala dunia 1986.  Ia meninggal dunia di usianya yang ke 60 tahun pada Rabu (25/11/2020).

Sebelum meninggal, Maradona melakukan operasi pengambilan gumpalan darah di otaknya. Namun, keluarganya mengonfirmasi jika Maradona meninggal bukan karena sakit yang ia derita melainkan serangan jantung.

Kisah Ricky maupun Maradona bukanlah pertama kalinya. Awal tahun 2020, suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair juga meninggal karena serangan jantung. Berita tersebut mengagetkan banyak orang, pasalnya Ashraf sangat gemar berolahraga.

Mengapa orang yang gemar olahraga masih bisa terkena serangan jantung?

Serangan jantung adalah berhentinya aliran darah ke jantung akibat penyumbatan pembuluh darah. Tanpa darah, sel-sel jantung kehilangan oksigen dan mati.

Ahli gizi olahraga (sport nutritionist) Muri Kuswary mengatakan serangan jantung biasanya terjadi karena penyumbatan pada pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh penumpukan lemak atau sobekan pada dinding jantung.

Saat berolahraga, kita melakukannya dengan penuh semangat sehingga melebihi kemampuan atau kapasitas maksimal jantung. Kerja jantung menjadi besar dan terjadi tekanan yang sangat kuat.

Akibatnya jika ada sumbatan pada pembuluh darah di jantung dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya serangan jantung pada penggiat olahraga, khususnya mereka yang sudah berusia lanjut.

“Semakin tua batasan maksimal dalam olahraga semakin menurun. Tidak boleh terlalu intens seperti saat masih muda,” katanya. 

Muri menjelaskan cara aman berolahraga agar terhindar dari serangan jantung.  Pertama, setia orang harus mengetahui berapa kapasitas maksimal dari aktivitas yang bisa dilakukan.

Cara menghitungnya dengan 220 dikurangi umur. Misalnya kalau Anda berusia 20 tahun, maka kemampuan maksimalnya adalah 220 – 20 = 200 denyut nadi per menit. Anda bisa mengeceknya menggunakan jam tangan cerdas (smartwatch) yang dilengkapi aplikasi sensor detak jantung.

Zona latihan untuk seseorang yang ingin berolahraga untuk kebugaran adalah 60 – 80% dari denyut nadi maksimal. Untuk seseorang dengan usia 20 tahun, maka denyut nadi saat berolahraga di rentang 60 – 80% dari 200.

“Saat berolahraga di rentang denyut nadi 120 kali per menit sampai 160 kali per menit adalah zona aman dan tidak berisiko terhadap berbagai gangguan kesehatan termasuk serangan jantung,” papar Ketua Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI) tersebut.

Kedua, menjaga asupan gizi untuk mendukung kegiatan olahraga.  Menjaga asupan gizi sebelum, saat dan setelah berolahraga sangat penting. Konsumsilah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah asupan cair. Menurut Muri banyak olahraga yang melupakan konsumsi cairan setiap 15 – 20 menit, sebanyak 1 – 3 tegukan untuk menjaga tubuh terhidrasi dengan baik.