Scroll untuk baca artikel
Sastra

Gus Mus, Antara Sajak Cinta dan Kebenaran

Redaksi
×

Gus Mus, Antara Sajak Cinta dan Kebenaran

Sebarkan artikel ini

BELAJAR SAJAK CINTA KEPADA GUS MUS

Barisan.co – Cinta dan kebenaran adalah keindahan itu sendiri. Kata-kata ditulis jauh dari cinta dan kebenaran, hanyalah kata-kata yang dindah-indahkan. Susunan kata-kata seperti itu tak lain adalah keindahan semu yang tidak mengandung subtansi kemanusian hakiki.

Gus Mus sendiri memaknai puisi itu sebuah keindahan, cinta itu juga keindahan. kalaupun cinta diungkapakan dalam bentuk puisi sesungguhnya untuk memperkuat keindahan itu sendiri.

Barangkali makna Cinta dan kebenaran yang disampaikan Gus Mus lebih indah dan lebih mengundang substansi kemanusiaan yang hakiki dari pada kata-kata yang diindah-indahkan.

Hal ini sejalan dengan Jalaludin Rumi. Rumi pernah menulis “Jika rahasia ma’rifat hendak kau capai Buanglah huruf, ambil makna”. Dalam mencapai ‘sesuatu yang ada di dalam’, yaitu ‘rahasia ma’rifat’ seseorang mesti ke dalam inti huruf, menjelajah ke balik bentuk lahir, menyaksikan inti aturan formal agama (syari’at) dari sebelah dalam. Penyelaman semacam ini tidak dapat dilakukan secara inderawi dan rasional, akan tetapi harus secara intuitif.

Sajak cintaku

Ketika kupandang bintang-bintang mengerling bulan
Aku tak bergerak
Ketika kulihat aneka bunga bermekaran di taman
Aku tak bergerak
Ketika kulihat burung-burung bercanda bercumbuan
Aku tak bergerak
Ketika kulihat istriku terlentang menantang
Aku tak bergerak
Ketika kulihat lukisan Leonardo atau Jeihan
Aku tak bergerak
Ketika kubaca syair-syair ‘Imri-il-Qais dan Qabhani
Sajak-sajak Rendra dan Buseiri
Bahkan kasidah Banat Su’ud Zuheir
Dan kasidah cinta Rabi’ah
Aku tak bergerak
(Rasanya tak ada yang seindah negeri ini untuk dilukis dan dinyanyikan
Negeriku adalah puisi
Negeriku adalah lukisan
Negeriku adalah nyanyian
Negeriku adalah miniature sorga
Yang dianugerahkan Tuhan)
Tapi mengapa kini
Justru ketika kebencian mengganas
Dendam membakar akalbudi
Sesama saudara menjadi serigala
Saling mencabik dan memangsa
Aku tergerak menulis sajak

Sajak cinta

Tiba-tiba bintang-bintang dan bulan
Terlihat benderang
Bunga-bunga tampak lebih ceria
Burung-burung kian asyik diperhatikan
Istriku bertambah cantik
Lukisan-lukisan semakin menarik
Syair dan sajak menjadi lebih bermakna
Meski sendiri aku menikmatinya.

Inilah sajak cintaku
Cintaku yang pertama
Cintaku yang utama
Cintaku yang terakhir
Cintaku yang tak berakhir
Cintaku yang cinta
Cintaku yang tercinta.
Cintaku yang membakar rasa benci
Cintaku yang melumatkan dendam dan dengki
Cintaku yang senaung langit seteduh bumi
Cintaku yang Insya Allah abadi.

Rembang 2000

Aku mengiri

Kepada persahabatan suci
Hamba-hamba Allah
Rabiah dan Hasan Basri
Bagaimana mereka bercengkrama
Sepanjang siang tanpa membatalkan puasa
Bagaimana mereka berdiskusi
Sepanjang malam tanpa meninggalkan sembahyang
Bagaimana mereka bertukar makna
Tanpa terseret kata
Bagaimana mereka saling menyayang
Tanpa mengkhianati
Cinta agung mereka
Kapada Sang Kekasih sejati.

Aku mengiri
Bagaimana mereka bisa
Merawat cinta dengan airmata
Cinta

1998

Selembar Daun

aku sedang memejamkan mata
memikirkanmu

ketika selembar daun
bagai beludru
biru keemasan warnanya
tiba-tiba jatuh kepangkuanku
kuelus daun yang seperti basah itu
dalam keringan bocah
oh, pasti kau yang mengirimkannya, bukan?
-seperti semua yang tiba-tiba datang
membahagiakan-
semoga isyarat darimu:
cintaku kau terima

1421

Fragmen

bahkan kujenguk surga
kulihat kerendahan hati sang maha penguasa
ketika meminta pendapat hamba-hambanya
dan keberanian mereka
menyatakan pendapat apa adanya
menjelang penciptaan bapa kita:
apakah paduka hendak mencipta
malapetaka di dunia?

ada rahasia yang tak pernah terbuka
ada tanya terus memburu jawabnya:
kenapa ia tetap menciptakannya?
Kenapa lalu semua diminta menghormatinya?
Atau ah, apa hak kita bertapa?