BARISAN.CO – Dunia yang kita tinggali sangat menjunjung nilai akademik. Mereka yang gagal memenuhi harapan sering menghadapi kritik keras yang menciptakan keraguan terhadap kemampuan dan kecerdasannya sendiri.
Persaingan ketat mendorong siswa dipaksa membangun masa depan cerah dan sukses. Namun, tekanan besar ini bukan hanya menghambat pertumbuhan dan pembelaharan, tetapi juga menyebabkan peningkatan stres dan kecemasan.
Tahun lalu, Dewan Negara Cina merilis aturan tentang regulasi les dan kelas privat setelah sekolah. Itu dilakukan di tengah melonjaknya biaya pendidikan swasta yang mendorong orang tua dan keluarga menuju jurang karena biaya yang mahal.
Di Cina, pendidikan adalah sesuatu yang berharga. Di sana bahkan mereka sangat berfokus pada institusi keluarga dan garis keturunan.
Drama Netflix berjudul On Children, salah satu gambaran bagaimana anak-anak dipaksa untuk memenuhi keinginan orangtuanya. Ada juga orang tua mencoba memaksakan impian mereka yang tidak terpenuhi kepada anak. Nahasnya, anak-anak itu stres bahkan ada yang bunuh diri karena tidak tahan dengan tekanan yang diberikan oleh orangtuanya.
Mengutip Career Ride, ketika seorang anak tertekan dengan harapan, dia mungkin menjadi terpisah dari orangtuanya, mengisolasi diri, berhenti melakukan aktivitas keseharian, atau mungkin mengambil tindakan ekstrim seperti kabur dari rumah atau upaya bunuh diri.
Orang tua yang terlalu membebani anak dengan harapan atau tidak memuji atas prestasinya selama ini membuat anak mulai mengambil tindakan serius.
Masa depan anak memang menjadi kekhawatiran terbesar orang tua. Lembaga pendidikan sering kali mencari siswa terpintar dan terbaik untuk mempertahankan reputasinya. Sehingga, orang tua terdorong menaikkan standar agar anaknya mampu masuk ke sekolah unggulan.
Selain itu, orang tua hanya boleh memberi pilihan, tetapi tetap anak yang menentukan. Belum lama ini, saya tanyakan kepada anak apakah dia ingin les Matematika atau tidak. Jawabannya, langsung tidak.
Namun, saya sampaikan bahwa ada teman dekatnya ikut les. Saya juga katakan, ikut les bukan berarti harus melesat. Anggap saja membantu guru dan juga bertemu teman-teman. Dia pun langsung berubah pikiran seketika.
Selama dia mengikuti les itu, saya belum pernah menanyakan bagaimana perkembangannya. Karena tujuan saya bukan untuk nilainya terdongkrak, hanya saja agar dia tidak bosan di rumah.
Kebanyakan orang tua saat ini juga terlalu khawatir tentang bagaimana dunia akan memandang anak-anaknya yang pada akhirnya menghasilkan tekanan pada orang tua.
Anak-anak lahir ke dunia ini untuk menemukan tujuan dan menciptakan jalannya sendiri. Kemudian, dalam prosesnya, ditempuh dengan semangat, antuasias, dan dorongan.
Peran orang tua hanya mendukung dalam proses pencarian identitas dan jalan mereka tersebut. Seperti yang dikatakan oleh pembawa acara TV Amerika, Brian Tracy, “Jika Anda membesarkan anak-anak agar mereka dapat mencapai tujuan atau tugas apa pun yang mereka putuskan, Anda akan berhasil sebagai orang tua dan akan memberi anak-anak Anda keberuntungan terbesar dari semua anugerah”. [rif]