Scroll untuk baca artikel
Blog

Hari Populasi Sedunia: Populasi Bertambah, Masalah Turut Bertambah

Redaksi
×

Hari Populasi Sedunia: Populasi Bertambah, Masalah Turut Bertambah

Sebarkan artikel ini

Jumlah populasi saat ini sekitar 7,96 miliar jiwa. Jumlah itu naik pesat jika dibandingkan tahun 1990, saat penetapan Hari Populasi Sedunia sebanyak 5,28 miliar jiwa.

BARISAN.CO – Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Hari Populasi Sedunia tanggal 11 Juli melalui resolusi 45/216 pada bulan Desember 1990. Setiap tanggal tersebut, dikhususkan untuk menyoroti masalah yang datang berkembang oleh terus bertambahnya populasi global.

Berdasarkan data Worldometers, jumlah populasi saat ini sekitar 7,96 miliar jiwa. Jumlah itu naik pesat jika dibandingkan tahun 1990, saat penetapan Hari Populasi Sedunia sebanyak 5,28 miliar jiwa.

Over population adalah masalah penting, terutama mengingat sumber daya dunia menipis pada tingkat tidak berkelanjutan. Akibat meledaknya penduduk kejahatan keji bisa terjadi lebih dari sebelumnya di bidang ketidaksetaraan gender dan hak asasi manusia, terutama di negara berkembang.

Semakin banyaknya manusia yang lahir ke dunia, bukan tidak mungkin, pelanggaran seperti perdagangan manusia dan pekerja anak semakin menjadi hal biasa.

Population Matters juga menyebut, ledakan populasi membuat lebih banyak orang membutuhkan lebih banyak makanan, air, sanitasi, rumah, layanan publik, dan fasilitas. Sedangkan, bumi saat ini sedang berjuang mengatasinya.

“Semua masalah lingkungan kita lebih mudah diselesaikan dengan lebih sedikit orang,” Sir David Attenborough, pelindung Population Matters.

Populasi spesies liar telah merosot, suhu global meningkat, plastik memenuhi lautan, dan hutan menghilang. Secara langsung, manusia bertanggung jawab atas kepunahan massal dan krisis alam yang mengancam lingkungan.

Di negara kaya, penduduknya mengonsumsi pada tingkat sangat tinggi dan tidak berkelanjutan. Seorang anak yang lahir di AS misalnya, akan menghasilkan emisi karbon 24 kali lipat lebih banyak tiap tahunnya daripada anak yang di Nigeria.

Orang yang tinggal di AS, Australia, dan Kanada memiliki jejak karbon 200 kali lebih besar ketimbang orang di negara termiskin dengan pertumbuhan penduduk tercepat di Afrika sub-Sahara, seperti Chad, Niger, dan Republik Afrika Tengah.

PBB memproyeksikan, tahun 2030 mendatang, populasi global dapat tumbuh menjadi 8,5 miliar dan di tahun 2100, meningkat menjadi 10,9 miliar. Pertumbuhan tercepat kemungkinan terjadi di 47 negara terbelakang (LDCs) termasuk di Ethiopia, Bangladesh, Afganistan, Chad, dan lainnya.

Population Connection mengungkapkan, dengan perubahan iklim yang meningkatkan variabilitas pola curah hujan di seluruh dunia, pengelolaan air menjadi lebih sulit. Sekarang, hampir 1,8 miliar orang tinggal di daerah dengan tekanan air sangat tinggi. Dari negara tersebut, 11 negara berada di Timur Tengah dan Afrika Utara yang rata-rata pertumbuhan populasi tahunannya sebesar 1,7 persen lebih tinggi dari rata-rata global yaitu 1,1 persen. Tekanan penduduk seperti itu meningkatkan ancaman yang ditimbulkan akibat berkurangnya ketersediaan air bersih.

Kekurangan air juga menajdi ancaman signifikan bagi 1,4 miliar penduduk di India. Pertanian di negara ini bergantung pada irigasi, namun air sungai dialihkan dan diambil untuk memenuhi kebutuhan lain.

Kontaminasi air tanah memengaruhi lebih dari setengah distrik di India. Perubahan iklim telah mengubah pola hujan monsun dan frekuensi kekeringan bagi puluhan juta warga India memaksa mereka bermigrasi untuk mencari air.

Setiap manusia berhak atas kualitas hidup yang baik dan dengan meningkatnya kemakmuran global, maka dampak kolektif dari miliaran manusia lebih akan mungkin meningkat. Inilah penyebab, kita tidak boleh abai terhadap populasi. [rif]